JABAR EKSPRES – Saat ini dunia teknologi sudah berkembang begitu pesat sehingga muncul banyak inovasi baru dan salah satunya adalah kecerdasan buatan. Hal ini tentu saja membuat orang tua khawatir apakah anaknya akan mampu bersaing memperoleh lapangan pekerjaan yang baik dikemudian hari.
dokter spesialis anak Konsultan Neurologi, dr.Herbowo Agung F Soetomenggolo, Sp.A(K) mengatakan, Kekhawatiran orang tua sebetulnya cukup beralasan bila melihat data Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2022 bahwa anak Indonesia memiliki nilai lebih rendah dibandingkan rerata seluruh dunia baik di bidang matematika, membaca dan sains.
Baca Juga: Fakta Makanan Busuk yang Kaya Manfaat: Mitos dan Realitas!
“Oleh karena itu orang tua perlu mempersiapkan anak sejak dini yaitu dengan memastikan perkembangan kognitif yang optimal khususnya di 1.000 hari pertama kehidupan (1.000 HPK),” ujar dr.Herbowo dalam keterangan resmi yang diterima di Bandung, Selasa (6/2).
dr. Herbowo yang saat ini berpraktik di RSU Hermina Jatinegara, RSIA Bunda Jakarta dan Brawijaya Hospital Saharjo juga sekaligus dapat membantu layanan konsultasi kesehatan anak yang dikhususkan pada Neurologi ini menjelaskan lebih jauh, Perkembangan otak manusia 80 persen terjadi di masa 1.000 HPK, dan 20 persen sisanya terjadi hingga dewasa.
“Untuk mengoptimalkan perkembangan otak, ternyata gizi memegang peranan yang penting. Penelitian menunjukkan bahwa gizi mempengaruhi kemampuan kognitif pada seorang anak karena otak membutuhkan nutrisi baik makro maupun mikronutrien yang cukup untuk dapat berkembang,” jelasnya.
Walaupun sering dikesampingkan, kata dr.Herbowo, peran mikronutrien justru sangat penting dalam perkembangan otak dan kognitif. Asupan mikronutrien yang cukup, dapat mencegah defisit kognitif dan masalah perkembangan jangka panjang.
“Masing-masing mikronutrien mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Zat besi penting untuk pembentukan darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen ke otak. Selain itu zat besi berguna dalam pembentukan selubung saraf,” lanjutnya.
Menurut dr.Herbowo yang telah menyelesaikan pendidikan dokter di Universitas Indonesia (1999) dan melanjutkan pendidikan dokter spesialis anak di Universitas Indonesia (2006), kemudian melanjutkan pendidikan konsultan Neurologi di Universitas Indonesia (2015) ini, Zink mendukung pengiriman sinyal untuk pembelajaran dan ingatan. Vitamin B kompleks (B6, B9, B12) diperlukan untuk pembentukan neurotransmitter, senyawa kimia yang mentransmisikan sinyal antar sel saraf dan berperan penting dalam pengolahan daya ingat dan peningkatan fungsi otak.