5 Fakta Menarik tentang Women from Rote Island, Film Terbaik Piala Citra FFI 2023

JABAR EKSPRES – Pada tanggal 22 Februari 2024, bioskop-bioskop di seluruh Indonesia akan menggelar pemutaran reguler untuk film yang sangat dinanti-nantikan, “Women from Rote Island”. Kabar ini diumumkan melalui akun media sosial resmi Bintang Cahaya Sinema, rumah produksi film ini, yang juga turut merilis poster film yang menampilkan Irma Rihi sebagai Martha, sang pemeran utama.

Setelah menelusuri banyak festival film internasional, film yang memenangkan Juara Umum Piala Citra 2023 ini akhirnya memasuki layar lebar. Pengumuman rilis film ini disertai dengan poster yang menggambarkan Martha yang terkurung di dalam sebuah ruangan dengan rantai yang mengikat kakinya.

“Setelah diputar di berbagai festival film dan memenangkan Piala Citra FFI, Women From Rote Island kini bisa disaksikan mulai 22 Februari 2024 di bioskop seluruh Indonesia,” tulis akun @bintangcahayasinema.

Sebelum tayang di bioskop, “Women from Rote Island” pertama kali diputar perdana secara global di Busan International Film Festival pada 7 Oktober 2023. Film ini juga membuat penampilan di Jakarta Film Week 2023 dan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2023, meraih perhatian dan pujian di setiap penampilannya.

Baca Juga: Sinopsis Film Blood Father, Kisah Pengorbanan Ayah dalam Dunia Kriminal

Tidak hanya itu, film ini berhasil mendominasi Festival Film Indonesia (FFI) 2023, memenangkan semua kategori yang dinominasikan, termasuk Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Asli Terbaik, dan Pengarah Sinematografi Terbaik.

Kategori Sutradara Terbaik dan Penulis Skenario Asli Terbaik diberikan kepada Jeremias Nyangoen, sutradara debutan film ini. Piala Citra kategori Pengarah Sinematografi Terbaik, di sisi lain, dibawa pulang oleh Joseph Christoforus Fofid.

Dalam kisahnya, “Women from Rote Island” mengisahkan perjuangan Orpha (Linda Adoe), seorang wanita yang harus menghadapi kehidupan setelah suaminya meninggal dunia. Kini, ia tinggal bersama tiga anak perempuannya, dan melalui perjalanan hidupnya, kita dibawa untuk melihat diskriminasi dan tradisi turun-temurun yang membuat perempuan selalu menjadi gender kedua dan rentan menjadi korban kekerasan.

Lokasi pengambilan gambar film ini berada di Pulau Rote, di mana kehidupan keras di pulau tersebut menjadi kontras dengan keindahan alam dan sumber daya alam yang dimiliki.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan