Sejarah Nakba 1948, Malapetaka Terulang Kembali di Era Modern

Komunitas Yahudi Palestina, yang dikenal sebagai Yishuv, bertolak belakang dengan ideologi tersebut. Mereka (Yishuv) tidak menginginkan untuk membangun negara Yahudi modern di Palestina.

BACA JUGA: Pejuang Palestina Klaim 4.000 Tentara Israel Tewas

Lahirnya Negara Israel Berlandaskan Upaya Sekutu Yahudi saat Perang Dunia I

Setelah Kekaisaran Ottoman berhasil ditumbangkan, Inggris menduduki Palestina sebagai bagian dari perjanjian rahasia Sykess-Picot, pada tahun 1916 antara Inggris dan Perancis untuk membagi Timur Tengah demi kepentingan kekaisaran. Pada tahun 1917, sebelum dimulainya Mandat Inggris (1920-1947), Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour, yang berjanji untuk membantu “mendirikan sebuah rumah untuk bangsa Yahudi di Palestina”, yang pada dasarnya, berjanji untuk memberikan sebuah negara yang bukan milik mereka.

Chaim Weizmann, seorang pemimpin Zionis Rusia yang tinggal di Inggris, melakukan lobi keras selama lebih dari dua tahun dengan mantan Perdana Menteri Inggris David Lloyd-George dan mantan Menteri Luar Negeri Arthur Balfour untuk membangun tanah air bagi kaum Yahudi di Palestina.

Inggris berharap bahwa mereka dapat menopang dukungan di antara populasi Yahudi yang signifikan di Amerika Serikat dan Rusia untuk upaya Sekutu selama Perang Dunia I. Mereka juga memercayakan bahwa Deklarasi Balfour akan mengamankan kendali mereka atas Palestina setelah perang.

Sejak tahun 1919 dan seterusnya, imigrasi Zionis ke Palestina, yang difasilitasi oleh Inggris, meningkat secara dramatis. Weizmann menjadi presiden pertama Israel, mewujudkan mimpinya untuk menjadikan Palestina “Yahudi seperti Inggris adalah Inggris”.

BACA JUGA: Iron Dome Israel Error dan Menyerang Kota Sendiri

Populasi kaum Yahudi meningkat dari sembilan persen menjadi hampir 27 persen dari total populasi, antara tahun 1922 dan 1935, dengan cara menggusur puluhan ribu penyewa Palestina dari tanah mereka ketika para Zionis membeli tanha dari tuan tanah yang tidak hadir.

Para intelektual terkemuka Arab dan Palestina, secara terbuka memperingatkan motif gerakan Zionis di media sejak 1908. Dengan perebutan kekuasaan oleh Nazi di Jerman antara tahun 1933 dan 1936, 30.000 hhingga 60.000 orang Yahudi Eropa tiba di pantai-pantai Palestina.

Tahun 1936, orang-orang Arab Palestina melancarkan pemberontakan berskala besar melawan Inggris dan dukungan mereka terhadap kolonialisme pemukim Zionis, yang dikenal sebagai pemberontakan Arab. Pihak berwenang Inggris menumpas pemberontakan yang berlangsung hingga 1939, dengan kejam.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan