Seni Panen Berkelanjutan di Kebun Kopi Java Halu

Seni Panen Berkelanjutan di Kebun Kopi Java Halu
Komisaris Java Halu Coffee Farm, Rani Mayasari (tengah) bersama para petani perempuan, selesai melakukan proses pascapanen kopi di tempat pengolahan Java Halu Coffee Farm, Mekarwangi, Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat (KBB). (Foto: Dok. for Jabarekspres)
0 Komentar

“Java Halu mengedukasi petani sudah sejak lama. Sudah dari 2014. Bagaimana kami memilih kualitas adalah karena keterbatasan. Kami tidak memiliki modal besar untuk membuat pabrik besar, perkebunan besar, kalau kita bicara kuantiti kita kalah dengan pendahulu,” tambahnya.

Akan tetapi yang luput dilakukan korporasi perusahaan besar, kata Rani, mereka lupa menyoal teknik memetik merah. Padahal itu dapat memberi dampak besar terhadap keberlanjutan pohon kopi.

“Jadi kalau kami memproduksi kopi dengan kualitas yang rendah, itu akan merusak dari hulu sampai hilir. Sehingga mungkin anak-anak kita, generasi ke depan, akan sangat sulit melihat pohon kopi,” sebutnya.

Baca Juga:Israel Dibuat Geram oleh Keputusan Elon Musk yang Siap Memperluas Layanan Internet di Jalur GazaPerdana Menteri Israel Netanyahu Minta Maaf karena Salahkan Pejabat Keamanan atas Serangan Hamas

Hal itu sudah tampak seperti kondisi di kawasan perkebunan kopi atau teh. Seni dalam perawatan dan cara memetik yang tidak bersifat ekonomi hijau. Sustainability coffee farming. Menurutnya, keberlanjutan dari bisnis perkebunan tinggal menunggu waktu meratakan lahan.

“Kami ingin semakin banyak lagi pohon kopi yang bertahan. Dengan climate change sekarang, kalau kita tidak merawat pohon kopi, maka semakin berkurang. Jadi action kita kepada kontribusi kita kepada bumi adalah setiap tahun kita menanam pohon terus,” ujar Rani.

Termasuk, setiap saat Java Halu Coffee Farm mengedukasi terus para petani dan masyarakat tentang perawatan di kebun. Good agriculture practice menghasilkan bahan baku yang berkualitas terhadap proses pascapanen.

Tak hanya itu, kata Rani, ‘women empowerment’ yang digaungkan pihaknya pun ternyata menjadi sorotan industri pegiat kopi internasional. Dengan luas lahan kopi sekitar 12 hektare, sebanyak 160 pekerja didominasi perempuan. Mereka berkebun dan menjalankan pengolahan biji kopi.

Rani mengaku, dirinya berusaha memberdayakan perempuan di wilayah perkebunan Gunung Halu. “Ada 80 persen farmer dan workers-nya adalah perempuan. Jadi women empowerment-nya sudah dapat,” lanjutnya.

0 Komentar