Penelitian Ilmiah di Makassar Buktikan AMDK Galon Aman, Tidak Ditemukan Migrasi BPA pada AMDK Galon Guna Ulang

BANDUNG – Penasaran terhadap isu BPA galon guna ulang yang disebut-sebut melebihi batas ambang amannya, 3 peneliti kimia dari Program Studi Kimia Universitas Islam Makassar (UIM) dan seorang dari Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Terbuka melakukan pembuktian terhadap isu tersebut.

Hasilnya, para peneliti ini sama sekali tidak mendeteksi adanya migrasi BPA dari kemasan galon guna ulang ke dalam produk airnya.

“Di awal kami melakukan penelitian memang dasarnya karena waktu itu lagi marak bahkan sampai banyak berita- terkait migrasi BPA galon guna ulang yang disebut-sebut telah bermigrasi ke dalam airnya melebihi batas ambang aman,” ujar Endah Dwijayanti, salah satu peneliti dari Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Makassar (UIM), kamis (5/10).

Lanjutnya, dia bersama 3 peneliti lainnya, yaitu Rachmin Munadi dan Sry Wahyuningsih yang juga dari Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Makassar serta Iffana Dani Maulida dari Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Terbuka mencoba melakukan pengujian khusus di wilayah Makassar.

Penelitian mereka berjudul “Analisis Bisphenol A dan Di-ethylhexyl Dalam Air Galon Yang Beredar di Kota Makassar”.

“Kami mengambil beberapa sampel air galon guna ulang yang beredar di lima titik dan lima kecamatan, yang kami cek kandungan BPA-nya. Setelah kami coba, atau setelah kami analisa dengan instrumen GC-MS (Gas Cromatography and Mass Spectrometry), ternyata hasilnya negatif. Jadi tidak terdeteksi adanya kandungan BPA dalam air galonnya,” katanya.

Maka dari itu, sampel juga diambil lagi dari beberapa toko di 5 titik itu untuk dicek semua kandungan BPA-nya.

Ditegaskan, dalam menentukan 5 titik tersebut, mereka juga melakukannya dengan teknik sampling di mana ada teknik pengambilan sampel agar semua titik itu bisa mewakili tempat beredarnya produk-produk itu.

Mereka juga menyebarkan kuesioner ke para pemilik toko untuk menanyakan produk apa saja paling banyak dikonsumsi atau dibeli oleh masyarakat.

Diperoleh data bahwa AMDK yang paling banyak digunakan masyarakat adalah merek-merek yang sudah terkenal di masyarakat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan