Bio Compound Healthy Harvest Pengurai Sampah Organik

Healthy Harvest saat memecah bahan organik memakai bio compound. Minggu (17/9). Foto Jabarekspres
Healthy Harvest saat memecah bahan organik memakai bio compound. Minggu (17/9). Foto Jabarekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Sampah masih menjadi masalah pelik di Indonesia tak terkecuali di Kabupaten Bandung Barat (KBB). Rata-rata satu jiwa diperkirakan menghasilkan 2 kilogram sampah perharinya dengan perkiraan jumlah sampah mencapai 600 ton per hari .

Jumlah ini didominasi oleh sampah yang berasal dari rumah tangga, yang berkisar antara 60% hingga 75%. Kondisi tersebut diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah dengan baik. Belum lagi kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti hanya mampu menampung maksimal sampai satu tahun ke depan.

Terkait penumpukan sampah yang terjadi di Bandung Raya, Healthy Harvest Indonesia membuat suatu inovasi yakni Bio Compound guna mengurangi inefisiensi sampah yang dibuang ke TPA.

Baca Juga:Masyarakat Antusias Jajal Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB)Ujungberung Jadi Wilayah Pertama yang Uji Coba Wolbachia, Apa Itu?

Ketua Koperasi Healthy Harvest, Hendro menuturkan, fermentasi pada bio compound dibantu oleh bakteri. Fermentasi ini ialah proses penguraian senyawa organik komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana.

“Bio compound ini bisa mengurai limbah, mengolah sampah organik menjadi media tanam, dan mengusir hama seperti tikus dan kecoa,” kata Hendro saat ditemui Jabarekspres, Minggu (17/9/2023).

Menurutnya, Healthy Harvest memiliki tujuan untuk memenuhi visi zero-waste-to-landfill melalui fasilitas pemulihan material atau material recovery facilities (MRF) milik mereka yang disesuaikan dengan kebutuhan area lokal dan memungkinkan pemulihan nilai dari limbah.

Model Pengelolaan yang dilaksanakan antara lain dengan mendesign, memproduksi, dan mengoperasionalkan teknologi pengelolaan sesuai dengan karakteristik sampah. Hendro juga menjalankan pola pengelolaan yang memahami dan berkolaborasi dengan mata rantai persampahan yang telah berjalan.

“Kita memiliki teknologinya, jadi kita pakai mikro bakteri pengurai. Jadi mikro bakteri itu yang memang kita buat sendiri. Nah itu bisa mempercepat proses pengolahan bahan-bahan organik,” katanya.

Ia menambahkan, koperasi miliknya tak hanya memilah sampah yang berasal dari rumah tangga dan kawasan komersial. Namun juga, memulihkan bahan yang dapat didaur ulang, termasuk plastik bekas minuman kemasan gelas, botol dan plastik lain untuk dikembalikan ke dalam mata rantai daur ulang.

Dalam mengembangkan solusi penyortiran dan distribusi, Hendro menyesuaikan pendekatannya di setiap kota dengan mempertimbangkan aspek karakterisasi sampah, infrastruktur yang ada, profil rumah tangga, dan sebagainya.

0 Komentar