Ujungberung Jadi Wilayah Pertama yang Uji Coba Wolbachia, Apa Itu?

JABAR EKSPRES – Kota Bandung hingga saat ini masih termasuk ke dalam daerah endemis DBD (demam berdarah dengue) dengan kasus cukup tinggi.

Kementerian Kesehatan pun lantas mengeluarkan keputusan, Kota Bandung sebagai salah satu kota pilot project untuk implementasi penanggulangan DBD dengan berbasis teknologi wolbachia.

Lalu, Kecamatan Ujungberung menjadi wilayah pertama pertama kali menjalankan program Wolbachia, guna mencegah penyebaran kasus demam berdarah tersebut.

Adapun implementasi teknologi wolbachia adalah penyuntikkan bakteri wolbachia kepada telur nyamuk Aedes aegypti, sehingga menetas menjadi nyamuk dewasa.

Kecamatan Ujungberung terpilih sebagai pilot project karena termasuk dalam 10 kecamatan dengan kasus DBD terbanyak di Kota Bandung tahun 2022.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bandung, Ira Dewi Jani menyebut implementasi tersebut pada Oktober mendatang.

Namun pihaknya, akan menitipkan telur nyamuk Aedes aegypti yang sudah disuntikkan wolbachia di dalam ember. Harapannya, nyamuk-nyamuk ini akan menggantikan nyamuk Aedes aegypti yang memiliki virus dengue.

“Telur-telur yang sudah disuntikkan wolbachia ini diproduksinya di lab entomologi atau lab serangga. Kota Bandung itu dapatnya dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Salatiga,” ungkap Ira, berdasarkan keterangan resmi yang diterima Jabarekspres, belum lama ini.

Lalu, nyamuk-nyamuk tersebut bisa kawin dengan nyamuk lokal untuk menghasilkan nyamuk lain yang otomatis sudah memiliki bakteri wolbachia. Sehingga nyamuk Aedes aegypti tidak akan bisa menjadi perantara virus dengue lagi.

Jika nyamuk tersebut menggigit pengidap virus dengue, maka virus yang dihisap nyamuk akan mati dengan bakteri wolbachia. Sehingga nyamuk Aedes aegypti tersebut tidak akan bisa menyebarkan virus dengue lagi ke tubuh manusia.

Dirinya menuturkan, wolbachia sering ditemui dalam keseharian. Bakteri tersebut ada di dalam tubuh lalat buah, hewan-hewan kecil yang biasanya suka terbang di pisang atau buah-buahan.

“Di skema ini, nyamuk Aedes aegypti akan tetap ada untuk keseimbangan ekologis. Tapi dia sekarang sudah mengandung bakteri wolbachia supaya bisa menghentikan penyebaran virus dengue,” tuturnya.

“Kalau memang ini bisa diterapkan secara merata, harapannya angka kasus bisa turun karena virus dengue sudah tidak ada. Lalu, fogging juga bisa berkurang, sehingga dananya bisa dialihkan ke hal lain yang lebih penting,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan