Dirut BRI Beberkan Prinsip Keberhasilan Lakukan Transformasi

JABAREKSPRESPT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI telah melakukan lompatan ke depan dengan melakukan transformasi yang menjadi bagian dari strategi perusahaan.

Direktur Utama BRI Sumarso mengatakan, sebuah perusahaan sudah semestinya harus terus tumbuh dan bisa bertahan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

Selama ini, BRI memutuskan mengambil berbagai kebijakan dengan menerapkan strategi agar terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dengan melakukan transformasi.

Menurut sunarso dalam pengeolaan keuangan pada perusahaan perbankan ada 8 persoalan yang harus dikelola dengan baik.

Kedelapan persoalan ini adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategi, dan risiko kepatuhan.

Meski begitu, salah satu yang menjadi titik perhatian adalah risiko strategi. Sebab, jika dalam penerapannya gagal maka semua resiko lainnya tidak akan berjalan dengan baik.

Strategi yang gagal atau salah akan kalah bersaing, resiko strategi juga tidak boleh terlambat dan harus direspon dengan berbagai kemungkinan resikonya.

“Jadi, cara merespon strategic risk yang paling utama adalah kemauan kita untuk berubah. Dan itulah yang kita sebut transformasi,” katanya.

Setelah penerapan stategi dan melakukan transformasi, maka untuk menemukan hasilnya bisa berbuah dalam jangka panjang.

Sunarso menilai, banyak seorang CEO takut melakukan transformasi dengan alasan untuk mengejar strategi yang diterapkan untuk jangka panjang tapi pada kenyataannya mengorbankan kinerja hari ini.

Akan tetapi sebaliknya jika mengejar kinerja hari ini, maka risiko strategi itu makin terakumulasi. Dan akan sulit untuk bangkit.

‘’Maka ini akan ditandai dengan gagalnya sebuah korporasi,’’ cetus Sunarso.

Sunarso mengatakan, ada empat transformasi yang dilakukan BRI sehingga mampu bertahan dan sukses.

Harus Jelas Obyek yang di Transformasikan

BRI sendiri melakukan dua stategi yang fundamental dalam transformasi yaitu digital dan culture.

Transformasi ini telah dilakukan sejak 2016. Sebagai pimpinan Sunarso mengakui selalu terlibat langsung sejak awal transformasi tersebut dilakukan.

‘’Hal ini sangat penting agar mengetahui transformasi tersebut berjalan sesuai rencana,’’ ucapnya.

Harus ada pemimpin yang menggerakkan dalam bertransformasi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan