JABAR EKSPRES – Kampung Rancabayawak, Gedebage dikenal dengan Kampung Blekok. Walau terancam, namun kampung itu masih eksis di tengah metropolitan Kota Bandung. Hal itu tidak lepas dari peran warga setempat yang turut menjaga keberadaan Burung Blekok ataupun Kuntul di kampung tersebut.
Agus Budiman, Ketua RW 02 Kelurahan Cisaranten Kidul menceritakan, di RW yang tidak jauh dari Masjid Raya Al Jabbar itu ditinggali sekitar 77 kepala keluarga. Mereka hidup dengan beragam pekerjaanya.
Di lahan kampung dengan luas sekitar dua hektar itu, warga sudah terbiasa hidup berdampingan dengan Burung Blekok ataupun Kuntul. “Memang ada bau menyengat dari kotoran burung, tapi warga disini sudah terbiasa,” terangnya.
BACA JUGA: Menengok Kampung Blekok Kota Bandung, Makin Terhimpit Perumahan Elit
Sebagai penghuni, warga ternyata juga kompak menjaga keberaadan burung-burung yang biasa bertengger dan beranak pinak di kampung itu. Banyaknya Blekok ataupun Kuntul ternyata cukup memikat para pemburu burung datang ke kampung tersebut. Tapi, warga selalu kompak untuk mengusir dan menegur para pemburu. “Kami belain bertengkar dengan pemburu hanya demi burung,” jelasnya.
Selain menghalau pemburu, warga kampung juga kompak untuk tidak mengusik telur ataupun anak-anak burung. Larangan perburuan burung di wilayah itu sebenarnya juga telah diperkuat aturan dari Pemerintah Daerah. Yakni, Perda Kota Bandung No 11 tahun 2005 tentang penyelenggaraan ketertiban, keindahan dan kebersihan.
Agus menambahkan, burung-burung di kawasan tersebut sebenarnya juga tidak dirawat secara khusus. Burung Blekok dan Kuntul termasuk burung liar. Mereka bisa mencari makan sendiri.
Burung-burung itu senang di Kampung Blekok, karena nyaman untuk bertengger dan membuat sarang. Yakni, memanfaatkan rumpun bambu di kampung tersebut.
BACA JUGA: Menengok Kampung Blekok Kota Bandung, Hibah Lahan 2 Hektar yang Entah Kemana
Bambunya memang jenis khusus, yakni Bambu Haur. Bambu itu memiliki karakter ranting dan daun yang lebih rindang dan banyak dari pada bambu biasa. Itulah yang jadi alasan burung-burung senang hinggap sampai membuat sarang.
Rumpun bambu itu memang sudah tumbuh sedari dulu. Warga hanya merawat dan menambah beberapa titik rumpun bambu.