Skema Pre-financing Kopontren Al-Ittifaq Perbaiki Perekonomian Petani

Jabarekspres.com – Koperasi Pondok Pesantren Al-Ittifaq menjadi salah satu role model penerapan skema pre-financing dalam memperbaiki perekonomian masyarakat khususnya para petani.

Saat ini, Koperasi Pondok Pesanter (Kopontren) Al-Ittifaq memiliki 90 jaringan pondok pesantren, dan memiliki lebih dari 1.200 anggota.

Anggota Kopontren Al-Ittifaq di beberapa provinsi di Indonesia seperti di  Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, Lampung, hingga Riau.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengatakan, skema pre-financing tersebut sukses dalam memperbaiki perekonomian khususnya untuk para petani.

”Skema pre-financing merupakan skema pembiayaan untuk rantai pasok pangan berbasis koperasi,” katanya.

“Dan ini bagus karena skema itu mampu meningkatkan skala usaha dan memperluas rantai pasok pangan,” ujar Teten kepada Jabar Ekspres.

Teten menyebut, skema pre-financing khususnya dalam koperasi saat memberikan pembiayaan dapat memastikan setiap koperasi bisa membeli produk pertaniaan hingga mencapai 100 persen.

”Bahkan bisa menjadi agregator, serta menyeleksi produk hasil pertanian ke pasar modern,”  katanya.

Menurutnya, skema pre-financing ini merupakan salah satu upaya untuk mencari solusi dalam permasalahan biaya koperasi dari Kemenkop UKM.

Pembiayaan bisa melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM).

Adapun untuk pembiayaan sendiri, LPDB-KUMKM biasanya memberikan sebesar Rp6,3 miliar kepada Koperasi Ponpes Al-Ittifaq pada awal tahun 2021.

”Dan di tahun 2022 meningkat sebesar Rp12 miliar,” sebutnya.

Teten menuturkan, jika skema ini awalnya diterapkan di Amerika Serikat khususnya di sektor pertanian.
Penuhi Kebutuhan Pasar

Kemudian mulai diadopsi oleh Ponpes Al-Ittifaq yang tujuannya untuk memastikan stok pangan serta jadwal panen. sehingga, bisa memenuhi kebutuhan permintaan pasar sebanyak 70 ton per hari.

Maka, lanjutnya, diperlukan pasokan dari petani-petani lain yang turut dibina oleh Kopontren. Dia mencontohkan produk pertanian yang paling sulit seperti sayur mayur dibanding dengan gandum.

“Karena sayur mayur mudah rusak. Sehingga diperlukan presisi ketepatan waktu pengelolaan,” tuturnya

Teten menilai, skema ini bisa memberikan dampak yang sangat signifikan. Selain itu produksinya juga bisa didistribusikan ke pasar modern seperti Superindo, Yogya dan lainnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan