BANDUNG – Minat baca masyarakat Indonesia khususnya milenial sangat rendah berdasarkan data UNISCO. UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi atau minat bacanya.
Menurut data UNESCO, masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001% soal literasinya. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.
Salah seorang pemilik toko buku, Iqro menuturkan, minat baca warga Indonesia sangat anjlok dan diperparah dengan pandemi Covid-19. Berbeda dengan negara tertangga seperti Jepang, negara-negara di Eropa, Cina yang mayoritas penduduknya gemar membaca.
“Sebenarnya awal masyarakat kita terhadap nilai baca dan nilai beli memang kurang apalagi semenjak Covid, dalam artian masyarakat Indonesia itu beberda dengan negara-negara maju seperti Jepang, Eropa, mereka kemana-mana pegang buku karena memang penduduknya suka baca,” tuturnya.
Termasuk kata dia, masyakat di kalangan generasi z, millenial, juga tidak begitu menyukai buku. Tak heran jika dengan minatnya tinggi maka negara-negara tersebut maju. Sementara Indonesia belum ada perubahan dan cenderung terbelakang dari segala aspek.
Menurut Iqro salah satu upaya untuk menarik daya tarik minat baca masyarakat adalah dimana para tokoh masyarakat dan lembaga pendidikan bisa mencontohkan perilaku gemar membaca sehingga menumbuhkan perspektif di kalangan masyarakat tentang pentingnya membaca.
“Sebenarnya mudah sekali seperti contoh-contoh pejabat yang berpengaruh di mana tokoh panutan itu kemana-mana selalu bawa buku dan menyempatkan baca buku di tengah waktu luangnya,” paparnya.
Iqro pun mengaku, bahwa dirinya memiliki trik untuk manarik minat baca khususnya milenial dengan menyelipkan slogan “gratis membaca dan menulis” bahkan ketika masyarakat tidak membeli sekalipun.
Sebenarnya, fasilitas pemerintah memang sudah mendukung seperti taman-taman kota dan perpustakaan daerah. Ini tinggal pemandu kebijakan untuk menarik minat baca mereka,” pungkasny. (mg3)