BANDUNG – Pengunjung Masjid Raya Al Jabbar berpengaruh terhadap penambahan jumlah pedagang kaki lima (PKL).
Tak tanggung-tanggung, kini pedagang mulai menjalar hingga pelataran masjid seiring dengan dengan membludaknya kunjungan.
Padahal, area masjid merupakan zona merah yang mestinya bebas dari para pedagang. Hal ini berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pembinaan dan Penataan PKL.
Oleh kerena itu, Pemprov Jabar dan Pemkot Bandung saling padu tengah berupaya melakukan penertiban pedagang di area masjid kebanggaan warga Jabar tersebut.
Kabar tersebut tidak di sambut baik oleh para PKL yang berada di masjid Al Jabbar. Menurut salah satu pedagang Eko Hatanto (46), Penertiban malah menimbulkan masalah baru, yang menyebabkan terganggunya aktivitas para wisatawan.
“Kita ditertibkan oleh petugas, katanya tidak boleh ada pedagan di area masjid. Serentak semuanya pindah ke pinggir jalan. Setelah semuanya pindah, malah bikin macet, karena menumpuk di situ” kata Erik Hartanto kepada Jabar Ekspres.
Menurut Eko, sebaiknya sterilisasi dilakukan setelah adanya kejelasan terkait solusi penempatan area berjualan. Apabila hal tersebut belum bisa di berikan, para pedagang malah kembali berjualan di area masjid.
“Kita ditertibkan, tapi gak diberikan kejelasan harus pindah kemana. Contohnya aja kemarin. Kita di bubarkan oleh petugas, tapi gak ada kejelasan. Enggak lama kan semuanya pindah lagi ke dalam, karena bingung gak ada tempat buat jualan,” tandasnya.
Kurang terorganisirnya para PKL di Masjid Al Jabbar, Menyebabkan para pedagang bingung. Tuti (60) menuturkan, sistem lapak jualan berdasarkan “siapa cepat dia dapat” menyebabkan ia harus berpindah setiap harinya.
“Saya jualan itu pindah-pindah, karena disini itu gabisa tetap. Yang duluan datang, bisa jualan di tempat itu,” ujar Tuti.
Hal tersebut berpengaruh bagi para pedagang. Menurutnya, ketidakjelasaan ini malah menurunkan pendapatan para pedagang kaki lima yang berada di area masjid. Terlebih satu-satunya cara ia bertahan hidup hanya dari berjualan.
“Kalau memang ditertibkan, tolong kami diberikan tempat untuk berjualan. Sekarang aja saya berpindah-pindah karena enggak tau harus jualan di mana. Akibat ini pendapatan menurun. Apalagi kerja saya hanya berjualan,” keluhnya. (mg1)