Kasus Subang dan Kalideres, PR Polri

Oleh: Atjep Amri Wahyudi (48)

 

Dalam bilangan hari, sesaat lagi kalender 2022 akan ditutup. Essay kali ini menyangkut kinerja kepolisian dikaitkan dengan sisa hari pada 2022 dan juga proyeksi tahun depan. Diakui atau tidak Polri sudah bekerja keras untuk memenuhi harapan masyarakat.

Dan ini sesuai dengan visi yang diusung Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yakni Presisi (prediktif, responsibilitas dan transparansiberkeadilan).

Output terspektakuler dari slogan visi ini adalah berkurangnya kasus-kasus pidana yang menggerus rasa keadilan masyarakat karena hukum terkesan hanya tajam ke bawah, misal seorang nenek mencuri biji kakao lantas diseret ke pengadilan.

Dan penulis punya catatan penting untuk korps Bhayangkara terkait kinerjanya sepanjang tahun ini.

Catatan itu meliputi dua kasus pembunuhan dan kematian. Disebut pembunuhan karena ada mayat dan indikasi yang kuat ada pembunuhnya. Sedangkan disebut kematian karena ada jenazah tanpa indikasi ada pembunuhnya.

Kasus pertama menimpa seorang wanita (Tuti Suhartini) dan anaknya, Amalia Mustika Ratu yang terjadi pada 18 Agustus 2021 alias sudah satu setengah tahun yang lalu. Keduanya ditemukan dalam keadaan bugil di bagasi mobilnya di halaman rumahnya di daerah Jalan Cagak, Subang. Hingga saat ini sudah tidak terdengar lagi perkembangan kasus ini walaupun sudah ratusan orang diperiksa sebagai saksi. Dan hal itu diakui oleh Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Ibrahim Tompo namun ia juga menyatakan bahwa anggotanya masih terusbekerja (11/10/2022). Apakah kasus ini akan jadi dark number? Kita tunggu saja hasil kerja polisi mengungkapkan kasus ini tanpa harus menunggu “berulangtahun” kedua, ketiga dan seterusnya.

Yang kedua adalah kasus kematian sekeluarga (empat orang) di Kalideres, Jakarta Barat tepatnya di perumahan Citra Garden 1 (10/11/2022). Tidak ada tanda-tanda kekerasan pada keempat tubuh jenazah sehingga semula diberitakan mereka mati akibat kelaparan. Setelah dilakukan otopsi barulah diketahui bahwa keempatnya meninggal karena penyakit yang berbeda.

Yang tewas terlebih dahulu ada kepala keluarga yakni Rudyanto yang terindikasi ada gangguan saluran pencernaan. Menyusul tewas istri Rudyanto yakni Margaretha karena kanker payudara. Berikutnya adalah Budyanto yang merupakan adik Rudyanto, tewas karena sakit jantung. Meninggal terakhir adalah Dian yang merupakan anak dari Rudy dan Margaretha.

Tinggalkan Balasan