Buntut Buntut

 

Rihlatul Ulfa

Saat perhelatan MotoGP di Mandalika dulu. ampun.. saya merasa malunya sampai keubun-ubun. bisa2nya ‘Rara si pawang hujan’ ada disana. dibiarkan disana, dibiarkan untuk menaiki panggung aspal itu, berjalan-jalan dengan mulut komat kamitnya. ampun.. terlihat sekali kita negara yg terkesan ‘sangat terbelakang’ bagi negara2 maju lainya, bagi masyarat luar negeri, bagi mereka yg ahli dibidang BMKG dll. sudah gitu Rara ini banyak sekali akhirnya diundang dipodcast2 yg katanya ‘langit adalah AC dan ia yg mempunyai remotnya’ maka saat Wshutama mengatakan bekerjasama dengan TNI-AU menaburkan garam sekiar 20-30 ton di atas langit banyuwangi dan diatas langit lombok, juga terus berkordinasi dengan para pakar di BMKG. inilah saat logika dan teknologi digabung jadi satu. hasilnya ‘luarbiasa’

 

yea aina

@Bli Leong, si orang tua mempelai lupa kelanjutan pepatah “Ono rupo ono rego, ono utang ono ngelu hi hi hi.

 

Leong putu

Ini komen serius. Saya sama sekali tidak gumun (terkagum) Indonesia bisa membuat acara yang waaah. Uangnya ada atau setidaknya diada adakan. Seremonial itu sudah jadi budaya kita. Apa pun dibuatkan seremonial. Hamil, lahir, bisa jalan, akil balik, nikah, mati dan setelah matipun juga dibuatkan seremoninya. Dulu, di desa kami ada orang tua ingin menikahkan anak tunggalnya secara wah. Secara ekonomi dia bukan tipe yang berlebih. Tapi karena ingin membuat acara yang wah, akhirnya dana untuk acara tersebut diada adakan (utang). Akhirnya acara berjalan wah, sesuai keinginan. Setelah tiga hari anaknya cerai dengan istrinya. Tinggal si orang tua pusing bayar utang.

 

Sama Konomaharu

Kalau cuma di lihat dari sisi jasa. Mulai Bentjok, Heru, Teddy, dst juga ada jasanya. Tanpa mereka yang di tangkap IHSG tidak akan jatuh ke level 3.997 (IDX Channel). Tanpa kejatuhan sebesar itu, IHSG tidak mungkin di mark-up hingga 100 persen seperti sekarang. Penyita aset mereka harusnya untung, yang menaikan IHSG hingga sekitar level 7000-an harusnya untung. Tapi namanya zaman perubahan, ada saja orang-orang iseng. Yang haram coba dirubah agar jadi halal. Sementara yang halal-halal, justru coba di haramkan. Itulah mereka yang berada pada lingkaran Jiwasraya & Asabri waktu dulu. Coba merubah-rubah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan