Tinta Elizabeth

 

thamrindahlan

Wartawan bangkotan mengajukan perlop / Ingin jalan jalan ke Sumatera Barat / Jangan salahkan penemu amplop / Karena tujuannya untuk mengirim surat / Salam Jum’at Penuh Berkah

 

Arala Ziko

Pembaca Disway jangan tersulut emosi dulu, mungkin maksud Bapak Suharso ini, memberikan amplop bukanlah sebuah keharusan, melainkan keikhlasan. Namun, berdasarkan pengalaman yg dialaminya hal ini menjadi sebuah keharusan. Cara pandang dipengaruhi berbagai aspek termasuk pengalaman, maka lebih bijaklah dalam menilai org lain, ojo kesusu kalau kata RI 1

 

Roziq Kurniawan

Baru amplop saja sdh heboh ,, apalagi rekening ,,

 

ari widodo

Klau dicermati tulisan pak dahlan beberapa hari terakhir, menyinggung terkait dunia perbisan, kemarin tulisan tentang bus Kurnia (SAN), hari ini tentang bus restu, bus jurusan surabaya-madiun-ponorogo, yang nampaknya pak dahlan sering melihat bus ini bersliweran dijalan, baik saat disurabaya maupun saat mudik ke magetan, salam sehat selalu pak dahlan iskan dan keluarga serta seluruh pembaca & komentator disway

 

ari widodo

PPP seperti mengikuti jejak beberapa partai sebelumnya yang mengalami konflik internal yang berujung kepada perpecahan, dan bahkan mengulangi konflik internal PPP sebelumnya. Sistem dan struktur kepartaian di Indonesia suka tidak suka masih butuh figur sentral yang dijadikan pengayom atau pemersatu kader serta menjadi pengambil keputusan akhir kemana arah partai harus berjalan, bisa dibilang hal tersebut belum mencerminkan sistem kepartaian yang modern, dimana partai tidak bergantung dengan figur tetapi dibangun atas sistem yang disepkatai bersama, jadi mau siapa pimpinan atau pengurusnya partai tetap eksis dan berdiri tegak. Hal ini mungkin yang tidak kita temukan kepada PPP saat ini ataupun beberapa partai yang mengalami konflik internal dimana figur sentral tidak ada, sedangkan sistem partai juga tidak berjalan baik di internal. Solusinya memang agak rumit, kuncinya adalah mengesampingkan kepentingan kelompok serta ego individu diatas kepentingan partai, nampaknya dalam kasus PPP harus ada yang mau menjadi korban atau dikorbankan, klau tidak maka bisa terjadi “say goodbye” PPP saat pemilu 2024 nanti, sungguh amat disayangkan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan