Ini Jawaban Kenapa Mie Instan Jadi Mahal

JABAREKSPRES.COM – Mie instan merupakan makanan favorit banyak kalangan. Rasanya yang enak, cara pembuatannya yang mudah dan harganya yang murah membuat mie instan selalu menjadi solusi praktis bagi yang butuh makanan cepat saji. Sayangnya beredar kabar harga mie instan akan naik hingga tiga kali lipat, ada apa sebenarnya? berikut jawabannya.

Mie instan adalah sajian istimewa yang selalu cocok untuk disantap pagi, siang dan malam hari. Bahkan mie instan seakan menjadi kebutuhan pokok anak kos.

Mie datang dalam berbagai rasa untuk memenuhi semua selera dan yang paling penting harganya murah dan enak.

Bahan utama mi instan adalah gandum, komoditas yang banyak diproduksi Ukraina.

Tetapi jutaan ton gandum, bersama dengan biji-bijian lain seperti jagung dan jelai, telah tertahan di pelabuhan Ukraina karena blokade Rusia.

Kesepakatan terbaru yang ditengahi Turki sudah membuat ekspor dilanjutkan, sebuah langkah yang diharapkan akan menurunkan harga biji-bijian global dan selanjutnya menurunkan harga pangan dunia

Indonesia sendiri menjadi salah satu importir gandum terbesar di dunia.

Menurut data dari badan pangan PBB, Indonesia mengimpor lebih dari 10 juta ton gandum pada tahun 2020 dengan seperempatnya berasal dari Ukraina.

Dikutip dari CNA, Agus salah satu pedagang warkop asal Tasikmalaya di Jakarta mengatakan harga mi instan naik lebih dari 20 persen dua bulan lalu.

Agus mengeluarkan daftar angka untuk pelanggan warung mienya: “Secangkir mie instan biasanya berharga sekitar 6.000 rupiah.”

“Sekarang, 10.000 rupiah, kalo pake telur dan harganya jadi 13.000 rupiah (US$0,86),” lanjut pria asal Tasikmalaya itu.

Adhi Lukman, ketua Gabungan Produsen Makanan & Minuman Indonesia (GAPMMI) mengaku tidak terlalu khawatir dengan stok pangan tahun ini. Karena hasil panen tahun lalu, dan panen tahun ini masih mencukupi.

“Tapi, jika perang ini berkepanjangan, akan sulit untuk menanam tanaman baru dan tahun depan akan lebih berbahaya, tidak hanya dari segi harga yang lebih tinggi, tetapi juga ketersediaan komoditas,” jelasnya.

Adhi mengatakan kepada CNA bahwa dia memperkirakan harga pangan akan naik 5 persen tahun depan, memberikan tekanan lebih pada ekonomi Indonesia yang melihat inflasi mencapai 4,35 persen pada Juni , tertinggi sejak 2017.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan