Ini Jawaban Kenapa Mie Instan Jadi Mahal

Indonesia sudah mencari sumber masalah dan mencari alternatif pengganti gandum. Salah satu tanaman tersebut adalah sorgum, yang dapat tumbuh di berbagai jenis tanah.

Tidak ada solusi instan menghadapi kemungkinan kenaikan harga bahan makanan yang terbuat dari gandum, termasuk mie instan.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo telah memperingatkan kenaikan harga mi instan dalam waktu dekat.

Tak tanggung-tanggung, Mentan menyebut jika kenaikan harga tersebut bisa mencapai hingga tiga kali lipat!

Hal itu terjadi lantaran naiknya harga impor gandum yang melonjak tinggi.

Diketahui salah satu turunan gandum adalah tepung terigu, yang menjadi bahan baku utama pembuatan mi instan.

Sementara Indonesia sendiri sangat mengandalkan pasokan gandum impor, termasuk dari Rusia dan Ukraina, yang merupakan negara pemasok gandum dunia.

Sebagai negara yang masyarakatnya hobi mengonsumsi mi instan, kabar kenaikan harga produk satu ini tentu menyita perhatian publik.

Indonesia juga memiliki perusahaan yang berstatus salah satu produsen mi instan terbesar di dunia, yaitu Indofood.

Bukan hanya Menteri Pertanian, peringatan kenaikan harga mi instan juga disampaikan oleh Sandiaga Uno.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) itu menyampaikan agar para pelaku ekonomi kreatif yang bergerak di bidang kuliner untuk menyiapkan stratergi dan inovasi terbaru dalam menyiasati kenaikan harga mi instan.

Terutama, bagi para pelaku usaha kuliner yang menggunakan mi instan sebagai bahan utamanya.

Bukan itu saja, menteri yang dijuluki sebagai “papa online” ini juga menyinggung anak kos yang kerap menjadikan mi instan sebagai makanan andalan saat dompet mulai mengering.

“Anak kost siap-siap! Dan untuk pelaku ekonomi kreatif kuliner yang berjualan mi instan, siapkan strategi dan inovasi!” tulis Sandiaga Uno dalam akun Instagram @sandiuno.

Lebih lanjut, ia juga menjelaskan, dampak dari ketidakstabilan ekonomi global karena pandemi dan juga perang Rusia-Ukraina menjadi penyebab lonjakan harga gandum, termasuk mi instan dan turunannya.

“Bukan tanpa sebab, karena kedua negara tersebut merupakan penyuplai hampir 30 sampai 40 persen produksi gandum dunia,” lanjut sang menteri.

Untuk itu, Sandiaga berpesan, dalam kondisi yang seperti ini, jangan lantas justru membuat masyarakat larut hingga akhirnya pasrah mengikuti arus.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan