Subsidi Inflasi

Para ekonom memang akan selalu bilang: subsidi BBM itu salah sasaran. Pemilik mobil kok disubsidi. Tapi statistik berbicara seperti itu tadi. Belum pernah terjadi kenaikan BBM yang tidak membuat kemiskinan naik. Saya bukan ekonom, tapi misteri di statistik tersebut harus ada bahasan teori ekonominya.

Memang tidak apa-apa tingkat kemiskinan naik. Katakanlah naik 2 persen. Demi penurunan subsidi. Tapi itu hanya boleh terjadi kalau usaha penurunkan kemiskinan sebelumnya sudah mencapai 6 persen. Masih bisa ”untung” 4 persen.

Tapi di saat penurunan kemiskinan hanya 1,5 persen tambahan 2 persen akibat kenaikan BBM membuat kita ”rugi” 0,5 persen. Saya sangat memahami sulitnya pengambilan keputusan sekarang ini. Subsidi atau inflasi.

Anda masih ingat: harga minyak mentah sekarang ini bukan yang tertinggi. Harga itu pernah mencapai 112 dolar/barel.

Yang membuat pemerintah tetap tenang adalah: uangnya ada. Yakni dari kenaikan harga batu bara di pasar internasional. Gila-gilaan. Durian runtuh dari batu bara ini cukup untuk menambal subsidi BBM. Sedang durian runtuh dari sawit lebih dari cukup untuk menambal subsidi pangan.

Pemerintah Jokowi memang seperti direstui alam. Dua komoditas ekspor kita luar biasa hebatnya: batu bara dan sawit. Ditambah nikel. Curah hujan juga sangat baik selama 8 tahun terakhir.

Belum pernah ada kemarau panjang selama pemerintahan Jokowi. Hasil bumi melimpah. Pangan berlebih di saat dunia mengeluhkan ancaman kekurangan pangan. Presiden akan datang belum tentu mendapatkan dukungan alam sebaik ini. (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Surat Cinta

Juve Zhang
Ada hal menarik lainnya, banyak bule yg kerja di Tiongkok, kagum dengan tingkat keamanan nya yg nyaris tanpa kriminal, wanita akan aman aman saja jalan malam hari. Mengapa? Sekali lagi hukum yg sangat keras membuat orang gak minat berbuat kriminal. Perkosa wanita 99,9% pasti tembak mati, dan gak pake lama, hari ini pak Hakim ketok palu, besok anda sudah masuk alam lain.wkwwkkww

Pryadi Satriana
Beranikah Dahlan Iskan menulis tentang SBY seperti menulis tentang Bung Karno seperti ini? Jelas gak wani. Dijamin! Dahlan Iskan akan tetap ‘macul’ di kebon kalau Bung Karno tidak memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dahlan Iskan nggak akan sesukses sekarang kalau ndhak “mundhuk-mundhuk” ke Pak Harto, bahkan menemui Harmoko pun “harus ngapurancang” seperti diceritakannya sendiri. Anda sudah tahu. Mbok ya bisa bersikap ‘fair’ thd para presiden yg pernah memimpin negeri ini? Sudah lupa ‘mikul duwur mendem jero’? Atau ada “agenda terselubung”? Silakan tanya hati nurani sendiri … Salam. Salaam. Shalom. Rahayu.

Tinggalkan Balasan