5 Fakta Sub-Varian Omicron BA.4 dan BA.5, Simak Yuk!

Jabarekspres.com – Setiap orang harus tetap waspada dalam menjaga protokol kesehatan, karena Sub-Varian Omicron BA.4 dan BA.5 telah menyebar di beberapa negara dan termasuk Indonesia.

Kemunculan varian BA.4 dan BA.5 menjadi bukti jika Covid-19 belum hilang dari dunia ini. Sub-varian ini bisa menginfeksi ulang yang sudah terkena BA.1 dan menyerang orang yang sudah melakukan vaksinasi.

Akan tetapi, menurut Kementerian Kesehatan RI menyebut tingkat kesakitan akibat dua varian baru tersebut relatif rendah.

Jadi, apa saja fakta sub-varian BA.4 dan BA.5? Sebagaimana dilansir dari berbagai sumber pada Selasa 14 Juni 2022, simak informasinya.

Terdeteksi awal di Afrika Selatan

Pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan masing-masing pada Januari dan Februari 2022, dan sejak itu menjadi varian dominan di sana.

Namun, sub-varian ini tidak sebesar gelombang sebelumnya, kemudian angka kematian tidak meningkat tajam.

Tersebar di banyak negara

Sejauh ini sub-varian BA.4 dan BA.5 telah diidentifikasi di beberapa negara selain Afrika Selatan, seperti di Austria, Inggris, AS, Denmark, Belgia, Israel, Jerman, Italia, Kanada, Prancis, Belanda, Australia, Swiss, dan Botswana.

Lalu, pada tanggal yang sama, beberapa negara lain juga telah mengidentifikasi BA.5 di Portugal, Jerman, Inggris, AS, Denmark, Prancis, Austria, Belgia, Hong Kong, Australia, Kanada, Israel, Norwegia, Pakistan, Spanyol, dan Swiss.

4 kasus ditemukan di Indonesia

Tidak hanya terjadi di luar negeri saja, tapi di Indonesia sendiri Kemenkes melaporkan ada 4 kasus Omicron baru BA.4 dan BA.5.

Sementara sub-varian ini ditemukan di Bali dan kasus ini dialami oleh laki-laki berisia 27, 34, 45, dan 57 tahun.

Tiga kasus merupakan WNA dan satu kasus warga negara Indonesia. Lantas, dari keempat kasus ini satu orang bergejala ringan dan tiga tidak bergejala apapun.

Penularan

Menurut para ilmuwan Afrika Selatan, sub-varian BA.4 dan BA.5 dapat menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya, tetapi sedikit mampu berkembang dalam darah orang yang divaksinasi COVID-19.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui pengetahuan tentang varian ini masih terbatas, dengan menambahkannya ke daftar pemantauan awal bulan lalu.

Belum ada bukti peningkatan keparahan

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan