Hujan Sampai Akhir Tahun, Imbas La Nina dan Musim Kemarau Basah

BANDUNG – Musim penghujan sudah berakhir sedari akhir bulan Mei. Kini sebetulnya telah memasuki musim kemarau. Namun, lantaran kelembaban udara di sekitar Bandung Raya masih tinggi akibat La Nina, musim kemarau tahun ini disebut sebagai musim kemarau basah.

Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung, Yan Firdaus mengungkapkan, fenomena La Nina menyebabkan kondisi kelembaban relatif di wilayah Bandung meninggi.

“Bandung Raya serta Jawa Barat (Jabar) pada umumnya (kelembaban, red) masih tinggi,” ucap Yan saat ditemui wartawan Jabar Ekspres di kantor BMKG Bandung, Senin (6/6) siang.

“Akibatnya uap air masih banyak, maka pembentukan awan-awan hujan masih aktif. Dan akhirnya terjadi hujan,” imbuhnya.

Jadi, kata Yan, saat ini memang betul telah memasuki musim kemarau, tetapi dengan jenis cuaca yang disebut dengan istilah kemarau basah.

Menurutnya, dalam 12 tahun terakhir, fenomena itu sudah terjadi sebanyak dua sampai tiga kali di wilayah Bandung Raya. “Tahun kemarin, tidak seperti ini. Tidak basah. Musim kemarau kering seperti biasanya.”

“Nah, lantaran salah satu penyebabnya adalah La Nina. Berdasarkan prediksi BMKG juga, La Nina bakal berlangsung hingga akhir tahun. Jadi sepanjang kemarau ini, kita akan mengalami kemarau basah terus,” katanya.

Lantas dengan terjadinya musim kemarau basah, diprediksi bahwa hingga akhir tahun nanti wilayah Bandung Raya bakal terus diguyur hujan.

“Kemaraunya, kan, paling sampai bulan September, tapi sifatnya akan terus basah seperti ini. Lalu akan dilanjut musim hujan, biasanya musim hujan di Bandung Raya terjadi pada November,” ujar forecast BMKG Bandung itu.

Potensi bencana lebih kompleks

Potensi bencana yang terjadi pada musim kemarau, biasanya terkait masalah kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan (karhutla). Namun akibat terjadinya musim kemarau basah, potensi bencana pun menjadi lebih kompleks.

“Meski kekeringan juga masih mengancam di beberapa wilayah, mungkin potensi bencana hidrometrologi pun seperti tanah loncor, itu masih cukup tinggi bakal terjadi,” jelas Yan.

Hal demikian, lanjut Yan, berdasarkan ketidaknormalan curah hujan musim kemarau basah saat ini. Intensitasnya pun menjadi tidak menentu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan