Adanya peradaban tak bisa lepas dari alur sejarah, sebab budaya, kesenian hingga berkembangnya kehidupan masyarakat di berbagai wilayah, dapat terbentuk melalui banyak proses dan regenerasi oleh para leluhur yang telah hidup jauh sebelum tahun ini.
Yanuar Baswata, Jabar Ekspres
Di tanah bagian paling Timur wilayah Kabupaten Bandung tepatnya Kecamatan Nagreg, ternyata menyimpan banyak sejarah peradaban yang mempunyai budaya, kesenian serta keilmuan cukup maju.
Pada abad ke-5, wilayah Kecamatan Nagreg merupakan area berdirinya Kerajaan Kesundaan yang pada masa tersebut terkenal dengan nama Kendan.
Melalui penelusuran Jabar Ekspres, sejarah Kerajaan Kendan sampai saat ini tergolong cukup populer di kalangan masyarakat.
Kendati demikian, dari pantauan Jabar Ekspres di lapangan, tak sedikit masyarakat yang masih belum tahu bahwa pada abad ke-5, berdirinya Kerajaan Kendan tergolong lama dengan daerah kekuasaan yang cukup luas.
Sekretaris Desa Citaman, Kecamatan Nagreg, Asep membenarkan, Kerajaan Kendan memang sempat berdiri dan wilayah Desa Citaman termasuk dalam area kekuasaan, terbukti dari peninggalan sejarah kerajaan berupa situs dan dua makam sesepuh atau kerap disebut makam keramat.
“Memang di kita (Desa Citaman) ada situs peninggalan dari zaman Kerajaan Kendan, salah satu di antaranya sudah dimusieumkan,” kata Asep kepada Jabar Ekspres di ruang kerjanya.
“Kalau makam keramat itu ada Eyang Singa dan Eyang Cakra, mereka dulu sesepuh yang hidup di masa Kerajaan Kendan,” lanjut Asep yang mengenakan baju kemeja bergaris abu-abu bercelana jeans dengan kaca mata terpasang rapi di atas hidung.
Jabar Ekspres yang melanjutkan penelusuran sejarah Kerajaan Kendan pun dipertemukan dengan seorang juru kunci makam Eyang Singa dan Eyang Cakra.
Dia tinggal dalam rumah sederhana, berlokasi di RT01 RW04, Desa Citaman. Pria itu berusia 49 tahun, tetapi tubuhnya masih tegap dan wajahnya yang selalu tersenyum itu membuat sang juru kunci masih terlihat segar.
Bernama Toni, warga Desa Citaman, Nagreg atau akrab disapa Abah Jaya, merupakan juru kunci makam generasi ketiga, selayak sebutannya, Abah Jaya mengemban amanat agar menjaga, merawat serta selalu berziarah mendoakan para sesepuh atau dikenal dengan nama Eyang Cakra dan Eyang Singa.