Kerajaan Besar Pernah Berdiri di Kabupaten Bandung, Ini Sejarahnya

Abah Jaya mengatakan, pada masa kejayaan Kerajaan Kendan sekiranya di abad ke-6, penyebaran Islam sudah sampai dan di antara tokoh yang menyebarkannya adalah Eyang Singa serta Eyang Cakra.

Jabar Ekspres yang dibuat terkejut saat itu diyakinkan Abah Jaya dengan beberapa peninggalan dan amanat dari Eyang Singa serta Eyang Cakra.

“Salah satu amanatnya supaya makam Eyang Singa dan Eyang Cakra jangan dibangun baik makamnya dengan keramik atau area makamnya dibentuk saung supaya teduh, itu amanatnya jangan dibentuk agar tetap dengan kondisi tanah saja,” ucap Abah Jaya dengan kening sedikit mengerut serta raut wajah yang serius.

“Amanat lainnya supaya yang datang untuk berziarah niatnya hanya sebatas mendoakan ahli kubur dan membersihkan area makam, jangan sampai ada yang meminta-minta kepada orang yang sudah meninggal, dan itu juga diajarkan oleh Rosulullah SAW, supaya meminta hanya kepada Allah,” lanjutnya.

Nilai-nilai Keislaman yang diajarkan dan diamanatkan Eyang Singa serta Eyang Cakra selaras dengan contoh juga sabda Rosulullah SAW.

Karenannya, Abah Jaya berpesan, bagi masyarakat yang hendak mengunjungi makam Eyang Singa dan Eyang Cakra agar tidak meniatkan untuk meminta sesuatu melainkan sebatas mendoakan para leluhur yang ditujukan kepada Allah.

Pada hari dan tempat berbeda tepatnya di Desa Nagreg Kendan, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, Jabar Ekspres bertemu dengan juru kunci Kerajaan Kendan.

Pria paruh baya dengan kaos berkerah warna merah ditambah celana pangsi, merupakan sang juru kunci Kerajaan Kendan yang telah diakui oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bandung sejak 2005 lalu.

Uwa Ikim, sang juru kunci Kerajaan Kendan. (Yanuar/Jabar Ekspres)
Uwa Ikim, sang juru kunci Kerajaan Kendan. (Yanuar/Jabar Ekspres)

Uwa Ikim (58) menyambut Jabar Ekspres di kediamannya dalam ruangan khusus penerima tamu disiapkan khusus untuk membahas Kerajaan Kendan.

Ruangan berukuran panjang sekiranya 4 meter dengan lebar 1,5 meter itu dihiasi bermacam bingkai yang dalamnya berisi sertifikat, foto serta tulisan-tulisan terkait Kerajaan Kendan.

“Raja Kerajaan Kendan saat itu namanya Resiguru Manikmaya dan istrinya bernama Dewi Tirtakencana,” kata Uwa Ikim kepada Jabar Ekspres dengan posisi duduk bersila di atas karpet merah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan