Kerajaan Besar Pernah Berdiri di Kabupaten Bandung, Ini Sejarahnya

Pada saat matahari bergerak tenggelam di arah Barat, pukul 17.30 WIB Abah Jaya mulai menceritakan sejarah mengenai Eyang Singa dan Eyang Cakra yang disebut hidup satu zaman pada masa Kerajaan Kendan.

“Nama sebetulnya (Eyang Singa dan Eyang Cakra) belum bisa disebutkan, mungkin jika sudah waktunya maka bisa diketahui dan boleh diberitahukan. Itu memang amanat yang harus saya pegang,” kata Abah Jaya kepada Jabar Ekspres di kediamannya.

“Eyang Singa itu bukan nama asli tapi hanya penyebutan, karena pada masa hidupnya mempunyai ageman Singa Barong, yang (Singa Barong itu) jadi tunggangan kereta kencana Sunan Gunung Djati,” tambahnya.

Mengenakan pakaian serba hitam dengan syal bergaris abu-abu yang dilingkarkan di leher, Abah Jaya melanjutkan kisah Eyang Singa dan Eyang Cakra sambil mulai menyulut rokok kereteknya.

Abah Jaya mengatakan, kepunyaan atau sebutan ageman Eyang Singa sejatinya bukan merupakan hewan singa, sebab dijelaskannya, para leluhur zaman dahulu itu kerap mengistilahkan pencerminan seseorang dengan sifat.

“Eyang Singa itu manusia biasa, (ciri-cirinya) ke Timur Tengahan, bertubuh tegap, kulit putih, pokoknya gagah dan berwibawa, auranya elegan,” ujar Abah Jaya sambil membuang abu rokok keretek yang mulai panjang ke dalam asbak.

“Eyang Cakra di sini bukan Eyang Cakra Buana, karena Eyang Cakra Buana kalau tidak salah merupakan paman dari Sunan Gunung Djati dan Sunan Gunung Djati adalah cucunya Prabu Siliwangi,” lanjutnya yang kemudian menghisap rokok keretek.

Abah Jaya menerangkan, ciri-ciri Eyang Cakra berpenampilan rapi dengan wajah khas Kesundaan. Adapun nama aslinya masih belum diberitahukan oleh para leluhur dan sejak zaman dulu penyebutannya sudah dipanggil Eyang Cakra.

Adapun kaitannya dengan Kerajaan Kendan, Abah Jaya menegaskan, Eyang Singa dan Eyang Cakra tidak mempunyai keterkaitan secara silsilah kerajaan.

Waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB, suhu udara mulai menurun, angin malam yang menyelimuti tubuh membuat Abah Jaya mengeratkan syal yang sejak awal sudah melingkar di lehernya.

Dua gelas kopi hitam hangat dihadirkan guna menemani pembicaraan Jabar Ekspres dengan Abah Jaya di tengah hembusan angin malam yang cukup dingin.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan