Biaya Pesantren Tunanetra Sam’an Darushudur Cukup dengan Belajar

BANDUNGPesantren Tunanetra Sam’an Darushudur tak mematok biaya bagi para santrinya. Kendati gratis, santri dan santriwati masih diharuskan membayar. Namun dengan belajar serius sepanjang pendidikan selama 3 tahun.

Pesantren tunanetra yang dikelola Yayasan Netra Mulia Berkah tersebut bertempat di Kampung Sekegawir, Cimenyan, Kabupaten Bandung. Dari awal berdirinya, pondok pesantren ini mengemban cita-cita dalam pemberdayaan penyandang disabilitas.

Sekretaris Umum Yayasan Netra Mulia Berkah, Dani Nurakhman mengaku, perihal pembiayaan selama pendidikan, santri memang dibebaskan dalam bayaran.

“Namun secara teknis tetap berbiaya, mereka tinggal ‘membayar’ dengan belajar, menghafal, dengan beraktivitas secara serius,” ungkap Dani Nurakhman kepada wartawan Jabar Ekspres.

“Selain itu kami juga (hingga saat ini, red) bisa bertahan lewat bantuan donasi atau donatur. Baik pribadi maupun lembaga, baik lewat online maupun online,” sambungnya.

Dalam menjaga keberlangsungan pesantren tersebut, Dani mengungkapkan bahwa sejumlah ikhtiar terus dilakukan, mengingat pembiayaan operasional yang lumayan besar.

“Yang mana memang untuk operasional, seperti (membayar) asatid (guru), dan ketersediaan makan, dan lain-lain. Itu memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit,” ujarnya.

“Salah satu ikhtiar sebagai solusi mengatasi hal tersebut yakni lewat program orang tua asuh. Lalu pada prinsipnya kami juga bergerilya lewat crowfounding (penggalangan dana) atau campaign-campaign (kampanye),” imbuhnya.

Sejalan dengan perkembangan teknologi, lanjut Dani, pihaknya pun beradaptasi dalam mencari calon donatur. Di antaranya dengan gencar berkampanye melalui akun media sosial.

“(Berkampanye) lewat sosmed yang kami buat. Adapun sampai saat ini memang belum banyak, tapi alhamdulillah muncul berbagai pertolongan yang tidak kita duga. Namun kami pun terus beriktiar dengan program tersebut,” pungkasnya. (zar)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan