Hati-hati, Kasus TBC Meningkat Pesat di Cianjur, Tiga Bulan 900 Kasus Baru Muncul

CIANJUR – Ditengah masa pandemi dimana semua orang fokus pada penanganan Covid-19, ternyata permasalahan penyakit lain tak boleh luput dari perhatian, seperti kasus tuberkulosis (TBC) yang meningkat pesat mencapai 900 kasus baru dalam tiga bulan terakhir di Cianjur.

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, tercatat ada 4.347 kasus TBC sepanjang 2020, angka tersebut mengalami kenaikan menjadi 4.660 kasus pada tahun 2021.

“Untuk di tahun ini (Januari-Maret) ada sekitar 900 kasus baru Tuberkulosis,” ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Frida Laila Yahya, Senin (28/3).

Angka tersebut cukup fantastis dan membuat heran, mengingat selama pandemi, orang lebih banyak menerapkan protokol kesehatan dan penggunaan masker juga lebih tinggi dibanding sebelum pandemi, namun penularan TBC malah terjadi peningkatan.

Meski demikian, walau secara jumlah kasus mengalami kenaikan, Frida mengungkapkan, kasus kematian akibat penyakit TBC di Cianjur menurun.

Kematian akibat TBC mengalami penurunan, dari 84 kasus di 2020, turun menjadi 62 kasus di 2021.

“Ada penurunan angka kematian dari 2020 ke 2021, dan untuk tahun ini belum ada kematian akibat tuberkulosis. Kami berharap tidak ada,” katanya.

Menurut Frida, banyaknya kasus tuberkulosis dikarenakan masyarakat masih mengabaikan bahayanya. Padahal, penyebaran dan bahayanya sama dengan Covid-19.

“Yang batuk atau terjangkit (TBC) biasanya tidak menjalankan protokol kesehatan. Mungkin dianggapnya biasa. Padahal berbahaya, bahkan untuk bisa sembuh harus menjalani pengobatan dalam jangka panjang. Sedangkan kalau Covid-19, kan hanya isolasi beberapa hari pun sudah sembuh,” ucapnya.

Terkait masih banyaknya angka kematian akibat tuberkulosis, Frida menjelaskan, penyebabnya karena pengobatan yang dijalani tidak tuntas. Bahkan ada masyarakat yang berhenti berobat setelah merasa tubuhnya normal kembali.

“Ini juga yang salah, karena harusnya sampai tuntas. Karena kalau tidak tuntas, nanti ada resistensi obat. Akibatnya pengobatan jadi lama lagi dan biayanya akan lebih mahal,” tegasnya.

Sebagai upaya pencegahan dini, Dinkes Cianjur kembali menggalakkan sosialisasi dan pengobatan tuberkulosis yang akan lebih mudah dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19 karena masyarakat saat ini sudah terbiasa dengan protokol kesehatan.

Tidak hanya itu, Dinkes juga menargetkan di tahun 2030 terjadi eliminasi kasus tuberkulosis yang diharapkan nantinya Cianjur bisa nol kasus.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan