Abdul Hadi Wijaya: Lulusan SMK di Kurang Terserap di Dunia Kerja, Ini Penyebabnya

BANDUNG –  Wakil Ketua Komisi V DPRD Jabar Abdul Hadi Wijaya mengungkapkan tinggi angka pengangguran di Kabupaten Karawang dan Purwakarta di sebabkan  kulitas lulusan Sekolah Menengah Keguruan (SMK) belum memenuhi syarat untuk terjun langsung ke dunia kerja.

Untuk meningkatkan kulitas lulusan SMK di butuhkan program peningkatan keahlian guru denga dibuat program pemagangan untuk guru.

‘’Guru SMK harus mengiuti perkembangan yang relevan khususnya mengetahui bagai mana mencetak lulusan SMK menjadi tenaga terampi untuk kebutuhan kerja,’’kata Abdul Hadi Wijaya dalam keterangannya, belum lama ini.

Dia mengatakan, program pemagangan guru sangat penting untuk meningkatkan keahlian guru. Karena jika guru SMK tidak mengikuti perkembangan, akan sulit untuk memberikan ilmu yang relevan kepada para siswanya.

Sejatinya, lulusan SMK diharapkan memiliki kompetensi di bidangnya dan mampu bersaing dengan lulusan sekolah lainnya.

Keberhasilan pendidikan kejuruan diukur berdasarkan seberapa banyak lulusan yang bekerja di dunia dunia industri maupun berwirausaha mandiri.

Untuk mengatasi kesenjangan ini, Sekretaris MPW DPW PKS Jawa Barat yang akrab disapa Gus Ahad ini memanfaatkan masa reses untuk memfasilitasi pertemuan komunitas pendidik, Kantor Cabang Dinas (KCD) dan Kamar Dagang Indonesia (Kadin) untuk mencari solusi.

“Tempo hari, suatu reses, saya menfasilitasi pertemuan antara komunitas pendidik, KCD dan KADIN untuk bersama-sama mencari solusi,”ucapnya.

”Akhirnya, ada semacam kesepakatan, KADIN akan memfasilitasi pemagangan guru-guru agar paham budaya industri,” tambah dia lagi.

Diharapkan, lanjut Abdul Hadi Wijaya, pemagangan guru dapat meningkatkan relevansi kompetensi keahlian guru. Sehingga, nantinya guru dapat melihat secara nyata, kompetensi lulusan seperti apa yang dibutuhkan oleh dunia industri, langsung dari pelaku industrinya.

Selain itu, Gus Ahad yakin, pemagangan memberi guru kesempatan memahami industri yang relevan dengan kompetensi yang mereka ajarkan.

“Masih banyak guru belum berpengalaman. Sehingga, yang diajarkan belum sesuai kompetensi yang dibutuhkan,” pungkas  Gus Ahad. (red).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan