JAKARTA – Selebritis Cinta Laura, kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap kondisi masa depan anak muda di Indonesia. Kali ini konsentrasinya bukan hanya dibidang pendidikan, tapi lebih meluas. Cinta Laura Kiehl mewujudkan kepeduliannya terhadap Indonesia dengan menggelar gerakan #ActofLove #AoLKiehlers.
Gerakan yang dibuatnya, mengajak anak muda lebih peduli pada kehidupan pribadinya untuk maju. Dengan memanfaatkan momen 15 tahun dia telah berkarya di dunia hiburan. Dia berharap gerakan tersebut bisa menginspirasi yang lain.
“Act Of Love ini gerakan yang untuk sekarang bisa kita bilang dibagi ke tiga part. Sosial, pendidikan, dan lingkungan,” jelas Cinta saat jumpa pers virtual, Senin.
#ActofLove merupakan wujud cinta terhadap masa depan diri sendiri dan generasi muda Indonesia. Melalui gerakan ini, Cinta Laura mengajak anak muda khususnya Gen-Z dan Alpha unuk menyebarkan nilai positif dan aksi di beberapa aspek kehidupan.
“Pertama kenapa sosial, karena misinya adalah membuat pergerakan paradigma di antara anak muda Indonesia. Apalagi Gen Z dan Gen Alpha, di mana kita harus bisa merubah mindset mereka untuk menyadari bahwa hidup itu adalah pilihan,” kata Cinta.
“Jadi tentu kalau merasa sedih, marah, iri, what ever, itu wajar. Tapi jangan sampai kita mendekam di perasaan itu. Kita bisa memilih untuk keluar dari perasaan itu dan memilih untuk melakukan segala sesuatu dari sumber positif,” lanjutnya.
#ActofLove #AoLKiehlers juga menyentuh aspek lingkungan. Menurut Cinta, masalah lingkungan di Indonesia seperti minim fasilitas daur ulang, pengelolaan limbah yang perlu ditingkatkan, hingga kurangnya kesadaran akan gaya hidup berkelanjutan perlu menjadi tanggung jawab bersama generasi muda.
Selain itu, pengalaman Cinta sebagai entertainer serta cerita hidupnya yang sempat menempuh pendidikan di luar negeri juga akan menjadi inspirasi yang dibagikan dalam gerakan ini. Oleh sebab itu, pendidikan juga merupakan salah satu fokus dari kegiatan #ActofLove.
Lebih lanjut, Cinta Laura mengungkapkan bahwa #ActofLove #AoLKiehlers lahir dari keresahan terhadap kemajuan zaman yang perlu disikapi secara bijak. Menurutnya kondisi ini ibarat dua mata pedang. Teknologi memudahkan kita untuk terhubung satu sama lain, tapi sekaligus membuat dunia terasa semakin sempit
