Beberapa Penderita Kanker Tak Berani Lakukan Deteksi Dini, Ini Penyebabnya

JAKARTA – Berdasarkan data dari Globocan 2020, kasus penderita kanker payudara dan leher rahim paling tinggi di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu.

“Data menunjukkan penderita kanker payudara pada tahun 2020 terdapat 65.858 kasus dan kanker leher rahim 36.633 kasus,” ungkapnya.

Maxi mengatakan kanker merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia, yakni berkisar 100 juta kematian per tahun. Untuk itu, dia meminta seluruh fasilitas kesehatan untuk meningkatkan layanan deteksi dini bagi pasien penderita kanker.

“Pencegahan harus dilakukan di awal dengan melakukan deteksi dini. Kemudian, melakukan pencegahan dengan mengilangkan faktor risiko,” katanya.

Sementara itu, Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Elvieda Sariwati mengatakan aspek budaya dan pembiayaan masih menjadi tantangan dalam menangani kanker di Indonesia.

“Masih ada tantangan yang harus dihadapi, yaitu kepedulian masyarakat bahwa kurangnya pengetahuan, perasaan takut, bahkan malu untuk melakukan pemeriksaan,” kata Elvieda.

Dia menjelaskan pemerintah telah menjalankan strategi untuk menanggulangi permasalahan pada pasien kanker.

“Dengan skrining dan deteksi dini, kanker payudara dapat disembuhkan,” tandas Elvieda.

Kurangnya pengetahuan menyebabkan masyarakat enggan melakukan pemeriksaan lebih dini.

Elvieda menyebutkan kurangnya pengetahuan dan ketakutan masyarakat disebabkan oleh budaya ketimuran yang menganggap bahwa penyakit kanker, khususnya kanker payudara dan leher rahim menjadi hal yang tabu karena harus memperlihatkan organ intim kepada tenaga kesehatan.

Maka dari itu, Kemenkes melakukan berbagai upaya penguatan dalam layanan penderita kanker seperti peningkatan pengetahuan dan kepedulian masyarakat. (jpnn/ran)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan