Digitalisasi Penyaluran APBN Percepat Pemulihan Ekonomi

Direktorat Jenderal Perbendaharaan di tahun 2021 telah membuat target Quickwins Tahun 2021, yang sebagian besarnya berkaitan dengan digitalisasi pengelolaan APBN oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa BUN, adapun 10 Quickwins tersebut adalah sebagai berikut :

Implementasi FRESH Office DJPB;

Digitalisasi Modul MP PNBP Tidak Terpusat;

Digitalisasi Sistem Pembayaran Pemerintah; Digitalisasi  Pembiayaan UMi; Go Live Investasi Pemerintah (Tahap I); BLU Maturity  Rating Assesment; BIOS NextGen: Maturity Rating BLU; Otomatisasi Telaah Laporan Keuangan; Electronic Bank Guarantee (e-BG) Fase I; dan Rancangan Treasury Big Data.

Pada Quickwins tersebut di atas jelas terlihat bahwa digitalisasi telah menjadi jiwa dari target pencapaian kinerja dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan demi mewujudkan tata kelola APBN yang akuntabel, transparan, efektif, efisien dan modern.

Pencapaian target tersebut tentunya memerlukan dukungan dari seluruh mitra kerjanya. Perlu adanya kerja sama dan sinergi yang erat, karena sebagian besar dari digitalisasi yang sedang dibangun end usernya adalah para mitra kerja tersebut.

Menjadi sebuah tantangan menarik di saat kita berupaya untuk segera beradaptasi dengan melibatkan pihak-pihak lain, untuk ikut beradaptasi juga dengan berbagai kendala yang dihadapi oleh masing-masing pihak.

Sehingga perlunya kemampuan yang luar biasa dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk mengatasi semua permasalahan yang ada.

Tantangan Implementasi Digitalisasi

Dalam sebuah proses perubahan sebuah sistem pasti akan dihadapkan pada berbagai tantangan dalam mewujudkan perubahan tersebut.

Hal yang paling sering terjadi adalah adanya keengganan dari para pihak untuk meninggalkan zona nyaman yang sudah ada, padahal sebenarnya perubahan yang ditawarkan jauh lebih baik dari yang telah ada sekarang.

Menurut pakar Behavioural Psychology, A. K. White, menyebutkan bahwa “Zona nyaman adalah sebuah keadaan di mana seseorang merasa terbiasa dan nyaman karena mampu mengontrol lingkungannya.

Dalam keadaan ini, orang tersebut jarang merasa gelisah dan jarang mengalami kesulitan dan gangguan ataupun tekanan hidup yang mengakibatkan stres.”

Berdasarkan pendapat tersebut bisa dipahami bahwa mengapa orang enggan untuk meninggalkan zona nyaman, karena jika hal tersebut dilakukan maka harus melakukan berbagai upaya agar bisa kembali mampu mengontrol lingkungannya, menghadapi berbagai kesulitan dan gangguan serta tekanan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan