Indonesia dan Malaysia Sepakat Tepis Isu Negatif Minyak Sawit di Pasar Global

Ketiga, setelah mengadopsi The Global Framework of Principles on Sustainable Palm Oil, Sekretariat harus menyiapkan langkah untuk mengimplementasikan kerangka kerja ini dengan partner internasional yang relevan.

Untu Partner ditekankan dalam sistem PBB maupun dengan produsen minyak nabati besar. sehingga membantu menyadarkan visi bersama untuk membuat satu standar keberlanjutan bagi minyak yang dapat dikonsumsi.

Keempat, Sekretariat CPOC juga harus dapat menerjemahkan isu prioritas yang berisi Strategy and Policy Direction menjadi berbagi program dan inisiatif.

Strategi ini tidak terbatas pada manajemen penawaran, permintaan dan perkiraan harga, tetapi juga semua masalah kritis yang dihadapi oleh anggota dan non-anggota dengan cara yang lebih koheren dan terkoordinasi.

Kelima, kampanye advokasi juga harus dimonitor, ditelaah, dan diberi masukan supaya semuanya bersinergi dan menghasilkan impact terukur untuk mempromosikan minyak sawit berkelanjutan, sekaligus mengurangi sentimen negatif.

Keenam, sejalan dengan Presidensi G20 Indonesia yang dimulai pada bulan ini, Sekretariat CPOPC juga merencanakan untuk menyebarkan perspektif dan kepentingan dari negara-negara produsen minyak sawit tersebut dalam beberapa forum G20.

“Sesuai kesepakatan dengan Menteri Zuraida, Pertemuan selanjutnya CPOPC akan dilaksanakan pada Juni 2022 di Indonesia,” imbuh Airlangga.

Ketujuh, salah satu visi utama CPOPC adalah untuk menyejahterakan hidup dari jutaan petani kelapa sawit di berbagai negara produsen minyak sawit di seluruh dunia.

Untuk itu, Sekretariat CPOPC harus membuat program yang didedikasikan untuk para petani tersebut.

The Global Smallholders Forum adalah aktivitas penting yang memfasilitasi dan mengonsolidasi masalah penting dari smallholders minyak sawit global.

‘’Untuk mendukung mereka mencapai standar keberlanjutan seperti yang tercantum dalam SDG’s,” jelas Menko Airlangga.

Terakhir, Sekretariat juga harus memberikan lebih banyak masukan dan rekomendasi untuk negara anggota mengenai kebijakan dan regulasi yang terus berkembang.

‘’hal ini berguna untuk negara lain yang juga mengonsumsi minyak sawit, yang pastinya akan mempengaruhi industri minyak sawit,’’kata dia.

Sementara itu, Menteri Zuraida dari Malaysia menyampaikan perhatiannya terhadap sentimen kampanye anti sawit yang dimunculkan oleh berbagai pihak.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan