Elektabilitas Ridwan Kamil

Tanpa disadari, sejak memasuki masa demokrasi langsung pasca reformasi 1998 banyak istilah baru yang mengemuka di kalangan masyarakat. Sebut saja quick count, elektabilitas dan lain-lain yang umumnya terkait proses pemilihan pemimpin secara langsung, baik di level daerah (pilgub/pilkot/pilbup) maupun di pusat (pilpres/pilwapres/pileg). Apa saja makna istilah-istilah itu bisa ditanyakan ke embah Google.

Dalam catatan kali ini, penulis ingin menyoroti kata survey elektabilitas. Pengertian survey dalah tindakan yang dilakukan oleh lembaga atau pihak yang berkompeten untuk melakukan survey kepada responden dengan kreteria tertentu yang umumnya dipilih secara acak.

Sedangkan elektabilitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kemampuan/kecakapan untuk dipilih menduduki suatu jabatan dalam pemerintahan. Jadi bisa diartikan sebagai tingkat keterpilihan. Angka yang dihasilkan survey elektabilitas sifatnya linier dengan tingkat keterpilihan. Semakin tinggi angka elektabilitas seseorang maka semakin tinggi tingkat keterpilihan orang tersebut.

Sekarang seberapa jauh calon hasil survey atau bahkan kredebilitas lembaga yang melakukan survey itu sendiri (disebut surveyor) di sini penulis tidak akan mengulasnya. Yang pasti secara umum hasil survey tidak akan berbeda jauh dengan kenyataan pasca even pemilihan itu sendiri.

Berbicara tentang survey elektabilitas terdapat hasil survey dari beberapa surveyor yang menyatakan bahwa Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil merupakan calon pemimpin untuk pilpres 2024 yang paling stabil elektabilitasnya. Hal itu disampaikan oleh pengamat politik yang juga dosen Departemen Ilmu Politik Unpad Bandung, Firman Manan, S.IP MA.

Salah satu hasil survey yang disitir oleh Firman adalah survey oleh Indikator (30 Juli – 4 Agustus 2021). Hasil survey menunjukan bahwa Ridwan Kamil alias Emil atau yang lebih populer dengan akronim RK, selalu ada paling tidak di jajaran lima besar. Dalam survey itu RK mendapat angka 6,9 %.

Stabil terus dalam jajaran lima besar survey tentu bukan sesuatu yang mudah, bukan pula sesuatu yang kebetulan ataupun sekedar populer. Mengapa bisa stabil, Firman melihat antara lain dari kesigapan Emil menangani pandemi Covdi-19 di Jawa Barat. Selain itu Emil merupakan kepala daerah non partisan, yakni bukan merupakan kader parpol tertentu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan