Keren, Kawasan Kumuh Cipanyir Kota Tasikmalaya Disulap Jadi Instagramable

“Anggaran program penataan kawasan ini sekitar Rp6 miliar yang bersumber dari APBN TA 2021,” jelas Oscar.

Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Barat, Ditjen Cipta Karya Oscar R.H. Siagian (kiri) menyampaikan penjelasan penataan kawasan kepada Kabag Birkompu Ibu Maretha (Kanan) saat meninjau penataan kawasan Cipanyir, Selasa, 12 Oktober 2021. (Sigit Nugroho/FIN)

“Sementara infrastruktur yang dibangun merupakan infrastruktur dasar, masih ada dua pekerjaan yang tidak kami intervensi karena memang bukan masuk di ranah kami, yakni penataan hunian atau rumahnya dan kelengkapan pemadam kebakaran karena ini juga penting untuk kegiatan peningkatan kualitas permukiman,” sambungnya.

Menurut Oscar, program penataan Kawasan Cipanyir telah memberikan manfaat bagi 869 KK, khususnya yang tinggal di 4 RW Kelurahan Panyingkiran dan Cipedes. Keberhasilan penataan kawasan tersebut juga terlihat dari peningkatan usaha ekonomi warga dengan berdirinya beberapa warung kopi di ruang publik, sepanjang bantaran sungai Ciloseh.

Setelah dilakukan penataan, selain mengurangi kawasan kumuh, kini masyarakat juga memiliki ruang terbuka hijau baru sebagai tempat berinteraksi warga. Saat ini kawasan tersebut menjadi tujuan wisata yang representatif bagi masyarakat sekitar serta ikon kebanggaan wisata sungai yang berada di tengah Kota Tasikmalaya.

“Ini (Penataan kawasan kumuh Cipanyir) sangat-sangat membantu buat saya, khususnya buat warga panyingkiran dan CIpedes untuk membantu mendongkrak ekonomi. Karena adanya kampung wisata, maka jadinya para pelaku UMKM kecil yang tadinya tidak berjalan, kan dengan adanya kampung wisata itu jadi meningkat lah perekonomian,” ujar tokoh masyarakat Cipanyir Nana Suryana yang sejak awal mengusulkan penataan kawasan tersebut.

Nana juga memastikan bahwa mayoritas masyarakat Cipanyir yang sebagian besar berprofesi sebagai buruh harian lepas, sangat terbantu dengan diselesaikannya penataan kawasan kumuh tersebut. Menurutnya, dengan lingkungan yang sudah jauh lebih baik dan menjadi kampung wisata, kaum Ibu di wilayah itu bisa membantu suaminya mencari nafkah dengan berjualan.

“Mata pencaharian kebanyakan buruh harian lepas disini, tapi kalau sekarang bisa berjualan, meningkatkan ekonomi melalui UMKM nya. Tadinya membantu suaminya, ibu-ibunya berjualan, itu kan meningkatkan perekonomian,” pungkasnya. (Fin.co.id)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan