Cerita Relawan Nakes Covid-19 di Bandung yang Tiga Bulan Tidak Digaji

Nasibnya Tidak Jelas, Sampai Harus Angkat Kaki dari Rumah Singgah di Hotel Preanger

 

Menjadi Relawan Tenaga Kesehatan merawat pasien covid-19 sebetulnya bukan pilihan. Akan tetapi, berbagai alasan yang melatar belakangi ratusan tenaga kesehatan adalah jalan hidup yang harus ditempuh. Pengabdian atas jasa dengan segala resikonya sudah sepatutnya mendapat apresiasi.

Erwin Mintara, Kota Bandung

Nasib ratusan relawan tenaga kesehatan (Nakes) yang membantu penanganan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) kini kondisi penuh dengan ketidak pastian.

Meski sudah berjuang di garda terdepan, tidak serta merta bentuk perhatian khusus diberikan oleh pemerintah.

Padahal, ketika menangani pasien Covid-19 sangat lah beresiko. Bahkan tidak sedikit para dokter, nakes dan relawan berguguran. Para pahlawan kesehatan itu kini tinggal nama. Terdepan, tapi tidak di depankan. Lir ibarat Habis Manis Sepah di Buang.

Di awal pandemi datang, pemerintah sempat kewalahan hadapi pandemi ini. Kurangnya fasilitas ruang isolasi dan tenaga kesehatan menjadi masalah, ketika jumlah pasien Covid-19 membludak.

Pengorbanan para relawan sebetulnya tidak bisa dinilai dengan materi. Kurang tidur, Memakai baju Alat Pelindung Diri (APD) dalam waktu lama, mendapat sanksi social dan meninggalkan keluarga, merupakanbagian dari resiko yang sejatinya diapreseasi luar biasa oleh pemerintah.

Akan tetapi, pada kenyataannya, setelah penyebaran Covid-19 melandai, para relawan nakes dicampakan begitu saja. Insentif yang dijanjikan entah dimana.

Nistya Ayuningtyas Herdiani salah satu relawan yang ditempatkan di RSHS bercerita, saat ini kondisi relawan nakes statusnya tidak jelas.

Dia mengaku, sudah tiga bulan insentif yang dijanjikan tidak kunjung cair. Meski diberikan fasilitas menginap di Hotel Preanger, untuk memenbuhi kebutuhan sehari-hari saja sangat sulit.

“Kita sudah melakukan kewajiban sebagai relawan. Kalau saya sih 3 (tiga) bulan dari Januari. Kita sudah di berhentikan terakhir bulan maret. Tapi belum ada insentif dari sana (Kemenkes),” ucap Tya saat dihubungi Jabar Ekspres, Rabu (28/4).

Wanita yang akrab disapa Tya ini mengatakan, alasan menjadi relawan karena ada janji akan diberikan intensif sebesar Rp 7 juta per bulan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan