Mantan Senior Vice President Commercial Banking Bank Mandiri ini menerangkan, guna meminimalisir dampak akibat pandemi ini. Salah satu upaya yang telah dilakukan perbankan ialah melakukan restrukturisasi.
“Angka Nasional terdapat 8 juta debitur. Dengan nilai jumlah outstanding Rp 987 triliun rupiah. Angka ini setara dengan 18 persen pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia,” terangnya.
Dengan demikian, secara rata-rata 18 persen pertumbuhan kredit di Indonesia ini dilakukan restrukturisasi. Sementara untuk BPD, lanjut dia, tentu melakukan restrukturisasi juga. Namun dari sisi jumlah sekitar 81 ribu debitur dengan outstanding kredit sejumlah Rp 30 triliun.
“Kalau kita lihat dari pajak dan juga grafik yang ada, tidak berbeda jauh dengan yang dilakukan BPD dibandingkan dengan bank umum. Dengan besarnya restrukturisasi yang dilakukan perbankan tersebut ‘Loan at Risk’ perbankan pun naik secara signifikan,” cetusnya.
Ia pun menjelaskan, Loan at Risk pada tahun 2020 melonjak menjadi 22,16 persen. Menurutnya, jika dibandingkan antara perbankan yang ada di buku 1 sampai buku 4, menunjukan pola dan tren yang sama pada tahun 2020. Mengalami lonjakan Loan at Risk 17,6 persen sampai 26 persen.
Berdasarkan data yang dipaparkannya, terlihat grafik Loan at Risk Perbankan Nasional pada tahun 2016 sebesar 8,65 persen. Tahun 2017 sebesar 8,20 persen. Tahun 2018 sebesar 8,20 persen. Tahun 2019 sebesar 7,52 persen. Tahun 2020 sebesar 22,16 persen.
Sementara Bank Pembangunan Daerah (BPD) pada buku ke IV pada tahun 2016 sebesar 8,81 persen. Tahun 2017 sebesar 8,20 persen. Tahun 2018 sebesar 8,07 persen. Tahun 2019 sebesar 7,40 persen. Tahun 2020 sebesae 25,81 persen.
Kendati begitu, ke depannya Loan at Risk harus menjadi perhatian bagi industri perbankan. Melihat dari debitur yang sudah dilakukan restrukturisasi.
“Berapa besar yang kira-kira tidak tertolong. Kemudian akan menjadi kredit bermasalah di kemudian hari. Ini merupakan sangat penting yang harus menjadi perhatian bagi perbankan dan harus dipantau dari waktu ke waktu,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Bandung Koordinator Jawa Barat, Aldrin Herwany, menilai sektor pertanian menjadi salah satu sektor paling tangguh di Jabar.
Berdasarkan data dari pemaparannya, tercatat dari 24 Kota Kabupaten, hanya 3 Kota Kabupaten yang perekonomiannya mampu bertahan dengan mengoptimalkan pertanian yaitu, Kabupaten Kuningan (0,09), Kabupaten Majalengka (0,86), Kota Banjar (1,04).