Industri Perbankan Dihantui ‘Loan at Risk’

BANDUNG – Direktur Komersial dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Bank bjb Nancy Adistyasari mengatakan, kualitas kredit menjadi hal yang sangat penting bagi perbankan. Pasalnya, penyaluran kredit merupakan salah satu bisnis utama perbankan — di samping perhimpunan dana dari pihak ketiga.

Menurutnya, pada masa pemulihan ekonomi, perlu adanya kehatian-hatian dalam menggerakkan industri perbankan. Pasalnya, tahun 2021 ini masih dikabuti ketidakpastian yang akan dihadapi ke depannya.

Sehingga efektivitas vaksin dan percepatan pendistribusian menjadi kunci agar permintaan kredit bisa kembali pulih.

“Jika permintaan kredit ini kembali pulih, maka tentu saja perekonomian dapat berputar dan mendorong kinerja perbankan itu sendiri,” ucap Nancy saat menjadi Keynote Speaker Leader’s Talk 1.0 secara virtual di Kota Bandung, Selasa (30/1) malam.

Ia menjelaskan, penyaluran kredit dari sektor industri antara perbankan Nasional dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) ada kemiripan. Berkonsentrasi pada sektor utama. Seperti di perdagangan dan eceran, pertanian, perguruan, perhutanan serta industri pengolahan.

“BPD pun penyaluran ke sektor tersebut dengan pola yang relatif mirip. Namun di sini kita perhatikan terdapat postur yang terbalik. Antara perbankan secara umum dan BPD,” jelasnya.

Namun, kata dia, industri perbankan Nasional secara umum memiliki porsi kredit pada lapangan usaha sebesar 71,8 persen. Sehingga 28,2 persen (sisanya) terdapat pada kredit yang bukan lapangan usaha.

“Pada BPD kondisi ini terbalik. Dari postur industrinya di mana kredit pada lapangan usaha memiliki porsi 30,4 persen dan bukan pada lapangan usaha memiliki porsi hampir 70 persen,” kata Nancy.

Dari perbandingan tersebut, ucap dia, menunjukan bahwa untuk BPD penyaluran kredit sebagian besar pada kredit bukan pada lapangan usaha (kredit konsumtif).

Menurutnya, perbedaan postur dalam penyaluran kredit ini membuat bank BPD lebih tahan terhadap goncangan yang terjadi di tahun 2020 yang terjadi akibat pandemi Covid-19.

“Walaupun demikian tidak semua BPD mengalami hal yang sama. Sebagai contoh, untuk BPD di Bali saja mereka mengalami tekanan yang jauh lebih berat dibandingkan BPD sebelumnya. Sebab di Bali sangat berfokus pada pariwisata,” ucapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan