Iba BBM

Jalan satu-satunya untuk menutup sumur itu: diluluhi semen khusus. Sampai dasar sumurnya di perut bumi. Dibuat mati.

Lalu sumur itu RIP selama-lamanya.

Kelak, untuk menghidupkan kembali mahal sekali –sama dengan biaya menggali sumur baru.

Maka, kalau Covid-19 ini diperpanjang sampai satu tahun lagi, bisa-bisa orang di Amerika mendapat bensin gratis. Bahkan yang masih mau pakai bensin bisa mendapat bonus durian super tembaga.

Mematikan sumur itu pun perlu biaya. Kan lebih baik biarlah terus mengalir –dengan harapan masih ada yang mau membeli.

Kilang minyak pun harus jalan terus. Kalau dimatikan biaya mematikannya juga besar. Dan itu bisa membuat kilangnya almarhum.

Jadi Pertamina harus tetap mengoperasikan sumur-sumurnya. Dengan biaya dari Anda semua. Pertamina juga harus tetap menjalankan kilang-kilangnya. Dengan biaya dari Anda semua.

Alhamdulillah.

Di bulan Ramadan ini kita bisa lebih banyak bersedekah. Sedekah terbesar kita ya ke Pertamina itu.

Alhamdulillah, kita bisa menjadi orang sabar. Bukankah di bulan Ramadan ini kita harus taat pada bunyi kitab suci Alquran –”orang sabar itu kekasih Tuhan”.

Kita justru harus iba kepada Pertamina. Pendapatannya yang besar itu tidak bisa lebih besar lagi. Kasihan. Itu akibat yang beli bensin tidak sebanyak sebelum Korona. Turun hampir 50 persen –seperti dikatakan direksinya.

Saya ingat kiat Pak Jusuf Kalla dulu. Ketika harus menaikkan harga BBM sangat tinggi. Itu akibat harga minyak mentah melonjak sampai tidak masuk akal: di atas 100 dolar/barel.

Kiat beliau adalah: naikkan BBM sehari sebelum bulan Ramadan. Agar besoknya tidak ada demo besar.

Maka jangan harap harga BBM akan turun selama masih ada bulan Ramadan. Bahkan, jangan-jangan, selama masih ada Korona. (Dahlan Iskan)