Hidup Baru

Memang sulit. Apalagi secara nasional.

Tapi bisa. Kan ada ilmu manajemen. Ada teknologi. TINGGAL menambah leadership.

Mungkin bisa kita mulai dari tingkat provinsi.

Mungkin juga masih sulit. Masih terlalu besar.

Maka mulailah per kota/kabupaten.

Masih sulit?

Mulailah per desa.

Masih sulit?

Mulailah per RT. Dan inilah yang kelihatannya mulai tampak. Banyak komplek perumahan sudah setengah ditutup untuk pendatang.

Sudah ada RT yang menerapkan prosedur baru.

Hidup RT! 加油!

Dan bagi kalangan bisnis hidup baru itu sebenarnya lebih mudah. Mulailah di masing-masing perusahaan.

Ciptakan sistem baru. Yang harus dipatuhi semua karyawan dan keluarganya. Mungkin ada karyawan yang tidak mau terikat sistem baru itu. Carilah karyawan lain yang mau. Masih banyak yang perlu pekerjaan.

Departemen HRD di perusahaan itu harus mendapat beban tambahan. Sebagai panglima garis depan hidup baru.

Tahapannya dimulai dari pembuatan peraturan perusahaan: karyawan harus lockdown dulu di rumah masing-masing. Bersama keluarga.

Ciptakan sistem pelaporan –menggunakan teknologi masa kini yang murah itu– ke HRD. Isinya tentang pelaksanaan lockdown itu.

Harus ada laporan setiap hari. Misalnya ada berapa orang di rumah itu. Punya pembantu atau tidak. Pembantu tinggal di rumah itu atau tidak. Punya sopir atau tidak. Sopirnya tinggal di rumah itu atau tidak.

Dalam laporan harian ke HRD itu termasuk: siapa yang hari itu ke luar rumah. Bahkan HRD perlu menerapkan aturan: untuk keluar rumah harus minta izin perusahaan. Lewat sistem. Semacam apps internal perusahaan.

Kalau perlu setiap karyawan dan keluarganya dipasangi gelang elektronik. Biar keren. Seperti yang dipakai dengan cantiknya oleh Sabrina Meng, bos Huawei, di Kanada itu.

Atau bisa berbentuk gelang kaki seperti Marlena –primadona dalam ludruk yang gayanya kidas itu.

Juga harus ada aturan soal tamu. Maksud saya ada larangan terima tamu. Atau ada prosedur baru ketika ada tamu: tamu harus di luar pagar. Tuan rumah di dalam pagar.

HRD bisa melengkapi aturan yang lebih ketat.

Evaluasilah pelaksanaan aturan itu: apakah masih ada yang bolongnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan