SOREANG – Walau sudah membuktikan prestasi di ajang Pekan Paralimpik Daerah (Peparda) V Jawa Barat (Jabar) tahun 2018 lalu. Atlet dibawah binaan National Paralympic Commite Indonesia (NPCI) Kabupaten Bandung, belum pernah mendapatkan pembinaan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung.
Ketua NPCI Kabupaten Bandung, Seni Apilianty mengatakan, walau sudah mengharumkan nama baik Kabupaten Bandung dengan mengukir prestasi dengan berhasil masuk delapan besar tingkat provinsi Jabar. Walau demikian, Ia terus bersyukur atas presatasi yang diraih para atletnya. Padahal dalam setiap mengikuti berbagai pertandingan atau latihan, pihaknya berjalan tanpa anggaran dari Pemkab Bandung
”Walau tidak pernah mendapatkan dorongan anggaran dari pemerintah, setiap mengikuti kegiatan. kami merasa bangga karena sudah berhasil meraih prestasi, itu bukti kerja keras atlet walau anggaran harus patungan. Begitu juga dengan transportasi dan kebutuhan makannya,” kata Seni, saat ditemui disela-sela upacara peringatan Hari Olah Raga Nasional (Haornas), di Lapangan Upakarti, Soreang, Selasa (17/9).
Menurutnya, berbagai upaya untuk mendapatkan bantuan dana telah dilakukan, di antaranya mengirimkan proposal ke Pemkab Bandung. “Tapi tetap saja mentok hingga sekarang. Padahal di tahun 2019 ini, ada beberapa kegiatan pertandingan yang ingin diikuti NPCI,” akunya.
Seni menjelaskan, setiap mengajukan profosal sejak tahun 2015 lalu, sampai sekarang di ujung tahun 2019. NPCI belum mendapatkan anggaran yang sesuai dengan prestasi yang diukir para atlet, Ia mengaku tidak tahu alasannya, tahun 2019 tidak ada anggaran untuk pembinaan atlet paralimpik.
”Walau pada tahun 2019 ini tidak mendapatkan anggaran pembinaan, Kami semua tetap semangat melakukan latihan disetiap Cabor. Hal itu untuk mempersiapkan jelang ajang Pelatda, Pelatnas di Papua 2020 mendatang. Walau harus patungan anggaran, semuat atlet NPCI tetap semangat,” katanya.
Walau demikian, Seni berharap, tahun ini NPCI mendapat perhatian pemerintah Kabupaten Bandung agar mendapatkan bantuan dana untuk biaya pembinaan, bagi para atletnya. Sebab, tanpa ada dukungan pemerintah, tidak mungkin kegiatan bisa optimal karena kemampuan atlet masih terbatas. ”Karena tidak mungkin kalau hanya terus dilakukan patungan sesama anggota yang berjumlah 60 orang itu, di setiap pertandingan,” harapnay.