Di Mana Pohon Besar

Saya tidak membeli kopi. Saya bukan penggemar kopi. Tapi saya membeli macadamianya. Yang satu kaleng saya buka di situ. Saya nikmati. Sambil melihat alamnya.

Kisah Doi Tung adalah kisah sukses memerangi kejahatan. Sampai ke akarnya. Akar itu adalah kemiskinan. Bercampur dengan budaya.

Sebelas ribu warga di bukit-bukit itu hanya mewarisi keahlian menanam opium. Turun-temurun. Tidak pernah tahu pekerjaan lain.

Sudah pernah dicoba opium itu diberantas. Dengan kekerasan. Dengan operasi. Dengan senjata. Tapi sia-sia.

Perubahan terjadi 15 tahun lalu. Saat Ibu Suri berusia 90 tahun. Yakni nenek raja Thailand yang sekarang.

Di usia tuanya itu Ibu Suri membuat keputusan: meninggalkan hiruk-pikuk kota besar Bangkok. Ingin hidup menyepi di puncak gunung. Bersama rakyat kebanyakan. Yang dikenal sangat miskin.

Sang putra, Raja Rama IX, mendukung tekad ibunya. Yang ingin memperbaiki kehidupan rakyat miskin di pegunungan itu.

Diputuskanlah ini: Ibu Suri mengetuai proyek Doi Tung ini. Dengan memimpin langsung di lapangan. Dengan biaya dari kerajaan.

Kehadiran Ibu Suri sebagai ‘penduduk’ Doi Tung membuat rakyat tunduk pada rencananya. Apalagi ada jaminan bahwa tujuan semua program itu adalah peningkatan kesejahteraan.

Inilah program membangun tanpa menggusur. Mengubah tanpa menyakiti.

Cara lama diubah total. Dengan pendekatan kemanusiaan.

Kontak-kontak senjata yang pernah terjadi hanya menimbulkan banyak korban.

Sebuah kecurigaan ternyata hanya menimbulkan kebencian. Persenjataan ternyata hanya menimbulkan perlawanan. Hati ternyata harus diper-hati-kan dengan hati. Mulut harus disambung dengan perut.(dahlan iskan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan