Teen Talk Celeng

Mengapa patungnya wanita? Tidak hanya di gua ini. Di gua mana pun ‘pemilik’ atau ‘penunggu’ gua adalah makhluk halus berkelamin wanita. Itu karena gua dan wanita sama-sama memiliki lubangnya.

Itu bukan patung baru. Sudah ada sejak lama. Hanya pakaiannya yang diganti. Kalau sudah lusuh. Atau saat menghadapi hari raya tertentu.

Saya mondar-mandir di lokasi ini. Saya tertegun: apanya yang sudah dibenahi? Rasanya tidak ada sentuhan tangan apa-apa. Kecuali pagar besi itu. Atau pompa air tangan itu. Yang kelihatannya dibikin saat penyelamatan dulu.

Selebihnya ya hutan biasa. Di atas gunung. Jauh dari bayangan saya: sudah menjadi obyek wisata yang tertata indah.

Padahal begitu banyak yang ke situ. Tertarik dengan kisah penyelamatan tim sepak bola remaja di desa itu. Yang menjadi berita dunia. Dan saya tulis di DI’s Way sampai tiga seri. (Lihat DI’s Way tanggal 1 Juli 2018).

Kecewa dengan kondisi obyek ini saya pun segera kembali ke tempat parkir. Mampir di kaki lima. Beli ketela bakar.

Tujuan saya berikutnya: lapangan sepakbola. Tempat 12 remaja itu biasa latihan. Tidak jauh dari tempat parkir pertama.

Ini lapangan desa. Tapi cukup baik. Beberapa remaja sudah tiba. Menunggu kedatangan pelatih mereka.

Tak lama kemudian sang pelatih datang. Mengendarai pick up double cabin. Masih tampak baru. Penuh bola. Yang segera dibawa ke lapangan. Satu anak mendapat satu bola. Mereka berlatih memainkannya. Di dalam lingkaran tengah. Bola tidak boleh keluar dari lingkaran itu.

Setelah sejenak bermain-main bola bersama mereka saya ke lapangan lain. Ada info ini: salah satu remaja korban gua itu lagi latihan di sana.

Lapangannya lebih ramai. Lebih banyak remaja berlatih di sini. Lebih banyak pula pelatihnya.

Akhirnya saya bertemu salah satu celeng gua itu. Yang lagi berlatih di situ. Mengenakan kaus merah Manchester United. Dengan logo Chevroletnya.

Saat ia lagi membalik badan saya lihat punggungnya: bernomor 13. Di atas angka itu ada namanya. Satu kata: Mark.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan