Teen Talk Celeng

Tapi…

Bagaimana di balik gunung itu? Di wilayah Myanmar itu? Budaya menanam opium belum hilang. Hasilnya diselundupkan ke lereng timur. Itulah yang harus diawasi polisi Thailand. Dengan mendirikan banyak pos pemeriksaan.

Gua celeng itu –begitu saya menamainya– ternyata sudah dibuka.

Pengunjung sudah boleh masuk sampai depan gua.

Jalan besar dari Chiang Mai itu akan berakhir di sebuah jembatan. Mentok. Tidak ada lanjutannya. Jembatan itulah batas akhir wilayah Thailand.

Tidak jauh sebelum jembatan itu saya belok kiri. Ke jalan kecil. Sejauh 1 km. Lalu masuk lahan parkir: sebidang tanah tanpa aspal. Tanpa paving. Tanpa rumput. Becek kalau hujan. Berdebu kalau kemarau. Seperti sekarang ini.

Kaki lima memenuhi sekitar lahan parkir ini. Jualan baju, kaus, makanan.

Di bawah tenda kecil saya harus membeli karcis. Satu orang 20 bath (sekitar Rp 9 ribu). Untuk naik mobil ke dekat gua. Mobilnya pick up tua nan renta.

Mobil itu menuju lahan parkir lain. Sekitar 3 km dari parkir pertama.

Lahan parkir yang ini pun asal-asalan. Juga penuh kaki lima. Atau banner-banner iklan. Yang dipasang di anyaman bambu. Dengan tiang bambu pula.

Dari sini saya diminta jalan kaki. Menuju mulut gua. Jalannya juga setengah tanah. Setengah geragal. Kira-kira setengah kilometer.

Sampailah saya ke mulut gua. Saya berhenti di pelataran tanah di situ. Banyak orang. Beberapa orang berkulit putih.

Sekitar 25 meter di depan mulut gua dipasangi pagar besi. Pintunya dikunci.

Di pagar itu dipasang pengumuman: dilarang masuk. Ditempel pula foto saat penyelamatan. Ada pula foto 12 remaja dan pelatihnya. Berjajar di depan mulut gua. Semua memakai kaus bernomor 13. Untuk mengingatkan bahwa mereka ber-13. Sekaligus menyamarkan identitas mereka.

Di dekat pagar itu ada rumah kecil. Isinya tiga patung wanita. Di depannya dipasang satu meja. Banyak yang sembahyang di dekat meja itu. Menghadap ke patung.

Semula saya heran. Mengapa banyak orang membawa setangkai bunga. Atau seikat. Rupanya untuk diletakkan di meja itu. Sebagai persembahan.

Itulah patung mistik. Itulah si pemilik gua. Setidaknya si penjaga gua.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan