Guru Mati Gaya

Kedua, virus lain yang membuat guru mati gaya adalah virus mager (malas gerak). Secara harfiah, virus mager artinya zona nyaman. Orang yang terkena virus mager ini akan merasa aman dan nyaman dengan posisinya saat ini. Dia tidak perlu lagi melakukan perubahan dan inovasi dalam profesi dan kariernya. Cukuplah baginya keadaan dan kondisi yang telah ada saat ini.

Biasanya virus mager lebih banyak menyerang para guru. Guru merasa telah cukup dengan ilmu dan pengalamannya yang diperoleh selama ini. Tidak perlu lagi belajar untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya. Bagi guru, mengajar dengan baik, dengan berbagai metode dan pendekatan, sama dengan mengajar alakadarnya. Mereka akan tetap menerima gaji setiap bulannya, dengan jumlah yang sama, tidak peduli bagaimana bentuk dan pola pengajaran yang disajikan di kelas.

Dua virus ini saja sudah cukup untuk membuat mental dan pikiran guru menjadi lemah dan kemudian mati. Jika mental, pikiran, dan semangat berinovasi para guru meredup maka itu artinya kualitas pendidikan yang dikelolanya, secara pelan namun pasti, akan mengalami kemerosotan. Dan itu juga berarti kematian bagi dunia pendidikan Indonesia.

Hal itu tentu saja tidak boleh terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia. Para guru tidak boleh mati gaya. Supaya para guru tidak mati gaya, mereka harus meningkatkan kekuatan anti bodinya, yaitu anti mati gaya. Caranya adalah dengan hal berikut ini.

Life-long learner

Pembelajar seumur hidup. Guru perlu meng-upgrade terus pengetahuannya dengan banyak membaca serta berdiskusi dengan pengajar lain atau bertanya pada para ahli. Tak pernah ada kata puas dengan pengetahuan yang ada, karena zaman terus berubah dan guru wajib up to date agar dapat mendampingi siswa berdasarkan kebutuhan mereka.

Kolaboratif

Guru dapat berkolaborasi dengan siswa dalam pembelajaran. Selalu ada mutual respect dan kehangatan sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan. Selain itu guru juga membangun kolaborasi dengan orang tua melalui komunikasi aktif dalam memantau perkembangan anak.

Tidak Gagap Teknologi

Salah satu ciri dari guru yang tidak mati gaya adalah blended learning, gabungan antara metode tatap muka tradisional dan penggunaan digital dan online media. Perkembangan teknologi termasuk teknologi dalam dunia pendidikan kian pesat. Digitalisasi pendidikan sepertinya menjadi jawaban guna memacu peningkatan kualitas pendidikan. Perkembangan teknologi media sosial hendaknya dimanfaatkan dalam pembelajaran. Bukankah sekarang banyak kelas digital yang mengadopsi sistem media sosial? Jika hal ini dimanfaatkan guru tentu siswa sangat senang karena sesuai dengan zaman yang mereka geluti.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan