Aktivitas Gunung Agung Menurun

BANDUNG – Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rudy Suhendar menuturkan frekuensi dan amplitudi letusan Gunung Agung saat ini telah menurun drastis.

Masyarakat diminta tetap tenang karena menurut Rudi letusan hembusan yang terjadi tidak serta merta meningkatkan status Gunung Agung tersebut.

“Pada tanggal 27 Juni 2018, pukul 22:00 WITA terjadi erupsi pertama yang membuka rekahan didasar kawah menjadi lebih besar,” kata Rudy, kepada Wartawan kemarin. (29/06).

Rekanan tersebut, kata Ridy, menjadi jalan terjadinya erupsi secara menerus, hingga pukul 12:00 WITA esok harinya.

Namun sejak pukul 1 dini hari tadi frekuensi dan erupsi Gunung Agung sudah menurun drastis.

Ditambahkan Rudy, Intensitas emisi abu teramati mengalami penurunan ditunjukkan dengan warna asap yang teramati dominan berwarna putih.

Penurunan intensitas emisi abu mengindikasikan bahwa sistem telah terbuka. “Hembusan asap putih yang masih teramati saat ini berasal dari aktivitas efusi lava,” tuturnya.

Fenomena emisi gas dan abu yang terjadi secara menerus dari kemarin hingga saat ini merupakan bagian dari erupsi yang terjadi secara efusif yaitu berupa aliran lava segar ke dalam kawah (pertumbuhan kubah lava).

Laju penambahan volume lava belum dapat diketahui dan masih menunggu informasi dari citra satelit.

Berdasarkan analisis data, sambung Rudy. secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa hingga saat ini aktivitas Gunung Agung masih berada dalam Level 3 (Siaga).

“Kami meminta Masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki, pengunjun, wisatawan agar tidak berada dan tidak melakukan pendakian atau aktivitas di Zona Perkiraan Bahaya di seluruh area di dalam radius 4 km dri Kawah Puncak Gunung Agung,” tegas Rudy.

Rudy menghimbau, seluruh Masyarakat maupun wisatawan yang berasa di sekitar Gunung Agung agar senantiasa menyiapkan masker pelindung untuk mengindari potensi ancaman bahaya abu vulkanik bagi kesehatan.

“Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak,” pinta Rudy.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan