Tingkat Ketidakpuasan Masyarakat Jokowi Masih 29 Persen

JAKARTA – Lembaga survei Indo Barometer merilis hasil survei terkait kepuasan publik terhadap kinerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Disampaikan bahwa Hasilnya, mayoritas publik atau responden menilai pemerintahan Jokowi sejak dilantik 2014 lalu memuaskan.

Secara umum tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Joko Widodo sebagai Presiden sebesar 68,6 persen. Sementara yang menyatakan kurang puas sebanyak 29,4 persen,” ujar Direktur Indo Barometer, M Qodari di Kawasan Senayan Jakarta Pusat, Selasa (22/5).

Qodari menjelaskan, dari total responden yang mengaku puas dengan kinerja Jokowi sebanyak 60,8 persen menginginkan Mantan Wali Kota Solo tersebut kembali menjadi presiden untuk periode kedua dan 21,8 persen mengaku akan memilih Prabowo Subianto.

Sementara responden yang tidak puas mayoritas memilih Prabowo Subianto sebanyak 40,1 persen dan memilih Jokowi 27,2 persen. Untuk responden yang mengaku tahu atau tidak menjawab mayoritas memilih Jokowi 34,8 persen dan Prabowo 30,4 persen.

Kepuasan publik terhadap Wakil Presiden Jusuf Kalla juga cukup tinggi, yakni 61,2 persen. 34,8 persen tidak puasa dan sisanya 4,0 belum tahu atau belum menjawab. Ada beberapa alasan yang membuat publik puas dengan kinerja Jokowi-JK. Diantaranya paling tinggi pembangunan infrastruktur 29,7 persen. Selanjutnya, banyak pencapaian 18,1 persen, bantuan rakyat kecil 13,8 persen, kinerja bagus 8,7 persen, kebijakan tegas 5,0 persen.

Dilain hal, Qodari juga menyampaikan soal isu-isu aktual. Politik Identitas menjadi terdepan dimana menurutnya akan membahayakan dan membelah negara. “Saya cenderung mengingatkan pengguna identitas terutama identitas primordial dalam politik itu bisa kecendrungan membelah dan membahayakan karena sensitifitas emosinya sangat tinggi,”katanya.

Qodari menuturkan demokrasi terkonsentrasi kepada faktor kinerja atau kemampuan atau meritokrasi. Karena isu-isu aktual yang berkembang seperti kesenjangan kemudian tenaga kerja asing itu mempunyai kaitan dalam melihat hasil kinerja seorang figur pemimpin.

Terlebih lagi soal elektabilitas, Qodari melanjutkan, misalnya bahwa indo banyak kedatangan Tenaga Kerja Asing terutama dari cina itu kecendrungan pilihannya kepada Prabowo secara mayoritas dan sebaliknya yangg mengatakan tenaga kerja asing sedikit masuk ke Jokowi.

“Jadi saya melihat di 2019 ini kita akan memasuki era perang isu wacana, kenapa perang isu karena akan menentukan sikap politik dari pilihan politik bagi masyarakat di indonesia jadi intensitas pertentangan pertentangan pendapat akan lebih keras dibandingkan dengan 2019, jadi saya kira jangan lah,”pungkasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan