Wujudkan Kesertaraan Gender Generasi Muda Jawa Barat

BANDUNG – Procter & Gamble (P&G) Indonesia berkolaborasi denga Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC) melaksanakan program kerjasama dengan tajuk ”WeSeeEqual: Transforming Gender Norms among School Children” untuk mewujudkan kesetaraan gender di Bandung, Jawa Barat. Program ini juga akan berfokus untuk mempromosikan kesehatan, perilaku hidup aman, dan memperkuat upaya dalam mengatasi kekerasan berbasis gender dengan kerja sama yang terintegrasi dengan unit kesehatan sekolah (UKS), dengan target 10 ribu anak-anak remaja.

Corporate Communications Manager PT Procter & Gamble Home Product Indonesia, Stephan Sinisuka mengungkapkan bahwa sangat bangga dapat menggelar kegiatan ini. ”Kami sangat bangga dan bahagia dapat bekerjasama dengan Yayasan Sayangi Tunas Cilik sebagai mitra ahli kami yang telah berpengalaman dalam membantu dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak untuk mewujudkan kesetaraan gender di wilayah Jawa Barat ini. Kami juga bercita-cita untuk menciptakan dunia yang lebih baik lagi bagi kita semua, baik di dalam maupun di luar lingkungan P&G, serta dunia yang bebas dari bias gender dan dunia dengan representasi gender untuk meningkatkan kualitas hidup,” ungkap Stephan saat ditemui Zetizen Jabar Ekspres di Ballroom Hotel Aryaduta, Citarum, Bandung, kemarin (24/4) pagi.

Sebagian besar norma-norma gender yang dijumpai di Indonesia mendiktekan bahwa perempuan memiliki hal yang lebih sedikit dalam pengambilan keputusan, keterbatasan akses terhadap sumber daya dan menanggung beban pekerjaan baik di rumah maupun di tempat kerja. Situasi ini berujung pada meningkatnya persentase putus sekolah sebanyak 40%, dengan jumlah anak perempuan yang melebihi laki-laki di wilayah Jawa Barat. Hal itu juga disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya tekanan ekonomi atau tenaga kerja dibawah umur dan pernikahan dini. Pernikahan dini pun menjadi penyebab dan konsekuensi dari tingkat putus sekolah.

Menanggapi situasi itu, Stephan juga menyatakan visi dan misinya dalam program ini. ”Sesuai dengan visi dan misi kami, program ini dirancang untuk menangani masalah norma gender dengan meningkatkan ketersediaan dan kualitas layanan kesehatan, kebersihan, dan gizi berbasis sekolah dan meningkatkan fasilitas kesehatan sekolah. Selain itu, meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa, guru maupun orangtua, serta mengajak pemerintah daerah untuk mendukung layanan remaja dan anak perempuan ramah di sekolah dan di masyarakat,” lanjut Stephan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan