Sukmawati Minta Maaf

Terutama soal suara Adzan, dia menjelaskan bahwa adzan itu mengajak pada kebaikan, mengajak untuk salat. ”Ne­gara belum ada adzan ini sudah ada. Kidung dianggap lebih merdu dari Adzan inilah yang disebut penghinaan,” jelasnya.

Apakah tujuan laporan ini, mengingat sudah ada laporan lainnya? Dia menuturkan bahwa tujuan utamanya agar membuat setiap orang tidak mudah dalam melecehkan agama. ”Kalau dia muslim, tapi tidak mengetahui syariat Islam ya diam saja,” tegasnya.

Dia menuturkan, bila Suk­mawati meminta maaf, ten­tunya masalah akan selesai. TPUA selanjutnya akan men­cabut laporan. ”Otomatis gugur, tidak apa-apa,” papar­nya ditemui di Bareskrim kemarin.

Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengatakan Sukmawati se­baiknya dengan jiwa besar memang menyampaikan permintaan maaf secara tulus dan terbuka. ”Mudah-muda­han bisa meredam kontro­versi. Selain itu mudah-mu­dahan kita bisa memaafkan dan menerima apa yang dila­kukan Ibu Sukmawati,’’ kata­nya di kantor Kemenag ke­marin (4/4).

Lukman mengatakan dengan saling memaafkan itu, tidak semua persoalan yang terkait beda pandangan selalu dibawa ke proses hukum. Dia mene­gaskan bangsa Indonesia ada­lah bangsa yang penuh rasa kekeluargaan. Bangsa yang menghargai pendapat orang lain. Dan bangsa yang men­ghargai perbedaan pandangan.

Dia mengaku kenal dengan sosok Sukmawati. Lukman meyakini tidak ada iktikad mengusik apalagi melecehkan, menghinda, dan seterusnya. ’’Saya kenal beliau. Sampai (disebut, Red) mengatakan membenci Islam, tidak sejauh itu,’’ jelasnya.

Menurut Lukman puisi itu adalah bentuk ekspresi sesorang mengungkapkan apa yang dia rasakan. Apa yang dipikirkan. Dan apa yang dia ketahui dalam bentuk tulisan. Lukman sen­diri beberapa kali tampil di muka publik membacakan puisi. Dia mengatakan punya pandangan sendiri terkait puisi yang dibawakan oleh Sukmawati. ’’Di internal umat Islam sendiri, cadar apakah syariat atau bukan, itu belum satu pandangan utuh,’’ tutur­nya. (tau/idr/wan/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan