BANDUNG – Proyek pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) dibedah dalam even penerbangan di Swedia beberapa waktu lalu.
Direktur Utama BP BIJB, Virda Dimas Ekaputra, mengatakan dalam even bertajuk Passenger Terminal Expo and Conference 2018 tersebut PT BIJB mengirimkan delegasi Kepala Departemen Manajemen dan Evaluasi Proyek Annisa Pangestuti.
Annisa, kata Dimas, memaparkan skema pembangunan BIJB yang menggunakan kemitraan pemerintah dan swasta kepada 7.000 peserta dari 100 negara. Skema ini disebut merupakan yang pertama di Indonesia dalam pembangunan sebuah bandara.
”Merupakan kehormatan bagi kami bisa memaparkan proyek pembangunan BIJB kepada ribuan orang dari mancanegara,” tutur Dimas, kemarin (26/3).
Disebutkannya Annisa menyampaikan best practice pembangunan dan pembiayaan yang melibatkan beberapa unsur.
Upaya Pemerinah Provinsi Jawa Barat untuk menghadirkan bandara sejauh ini bisa diwujudkan karena PT BIJB selaku penanggung jawab bisa menggaet pendanaan dari investor langsung serta perbankan.
Keterlibatan beberapa unsur tersebut, bisa dilihat dari pembagian saat membiayai sisi darat proyek Bandara Kertajati. Pemegang saham langsung mayoritas tetap dimiliki Pemprov Jabar dan PT Jasa Sarana dengan porsi hampir Rp1 Triliun. Lainnya melalui skema langsung, yakni masuknya investasi dari PT Angkasa Pura II (Persero).
Untuk menutupi kekurangan pendanaan, diterbitkan skema lainnya yakni loan dan ekuitas. Loan diterbitkan dari Sindikasi Perbankan Syariah sekitar Rp906 miliar. Ketujuh Bank tersebut yang memberikan pinjaman perbankan yakni Bank Jateng Syariah, Bank Sumut Syariah, Bank Kalbar Syariah, Bank Sulbar Syariah, Bank Jambi Syariah dan Bank Kalsel Syariah. Adapun sisanya PT BIJB menerbitkan produk berbasis ekuitas yakni, Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) yang sudah disahkan Otoritas Jasa Keungan (OJK).
”Skema pembiayaan dan konstruksi inilah yang kemudian mendapatkan apresiasi sehingga PT BIJB berkesempatan turut bagian dalam konferensi prestis di Swedia,” ungkapnya. (any/ign)