Anak Autis Perlu Penanganan Khusus

BANDUNG – Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat terus berupaya mendorong program pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus di Jawa Barat. Sebab, permasalahan ini, masih menjadi kendala bagi tenaga pendidik yang mengerti kondisi psikologis anak.

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Ahmad Hadadi mengatakan, tenaga pendidik anak berkebutuhan khusus harus mampu mengetahui dan memahami pemicu dan penanganan autisme.

Untuk itu, perlu adanya edukasi bagi tenaga pendidik agar bisa memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak autis.

“Kami sudah banyak program termasuk kita punya autis center di Kuningan dan di Bandung juga dan ada beberapa inisiatif masyarakat kita dukung,” kata Hadadi kepada Jabar Ekspres kemarin (26/3).

Hadadi memaparkan, secara umum hampir semua Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jawa Barat harus mampu memberikan pendidikan bagi anak dengan gangguan autisme. Terlebih, pendidikan yang diberikan untuk anak autis berbeda dengan anak berkebutuhan khusus lainnya.

“Autisme berbeda dengan tuna grahita, tuna rungu ataupun keterbelakangan mental juga berbeda. Ini nampaknya perlu ada penanganan yang tidak sama dengan SLB karena harus ada penanganan khusus,” kata dia.

Hadadi menuturkan, tenaga pendidik yang memberikan pembelajaran kepada anak autis harus mampu melakukan beberapa pendekatan. Sehingga, diperlukan para ahli yang sudah paham terhadap tahapan pembelajaran yang harus diberikan. Sebab, dirinya menilai autis terdiri dari beberapa klasifikasi yang berbeda cara penanganannya.

“Jadi ada treatment tapi saya kurang begitu paham dan para ahli sudah melakukan treatment dan keliatannya cukup berhasil,” kata dia.

Lebih lanjut dia menjelaskan, ketika anak sudah mengidap autisme, maka diperlukan metode penanganan yang bijak dan sesuai dengan psikologis anak. Untuk itu, Hadadi mendorong sekolah-sekolah dengan kategori umum juga perlu tahu dan memahami bagaimana cara penanganan yang tepat bagi anak autis tersebut.

Hadadi menambahkan, pentingnya tenaga pendidik mengerti dan memahami kondisi serta kebutuhan anak autis agar dalam pembelajaran mendapatkan perlakuan yang ramah. Sebab, tidak sedikit tenaga pendidik yang memberikan perlakuan berbeda karena anak autisme cenderung hiperaktif dan membutuhkan kesabaran dalam memberikan pembelajaran.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan