Menyiapkan Enam Bekal Mencari Ilmu

Kelima, adanya petunjuk/bimbingan guru. Jika kita sulit menyerap ilmu, tidak kuat dengan hafalan, kurang paham masalah penyelesaian masalah, maka jangan pernah lepas dari petunjuk atau bimbingan bapak dan ibu guru. Merekalah yang akan berperan sebagai pembimbing sekaligus orangtua yang akan mengarahkan anak didiknya dalam membantu mendapatkan ilmu. Maka dari itu, hormati mereka agar selalu ikhlas dalam membimbing anak didiknya.

Keenam, membutuhkan waktu dan proses. Apakah Imam Al-Bukhari menyusun kitab Shahih-nya itu sehari dua hari atau satu dua tahun? Oh tidak. Beliau menyusun kitab hadis terkenal itu sampai bertahun-tahun lamanya. Artinya, untuk menggapai kesuksesan dalam mencari ilmu butuh waktu yang tidak sebentar, karena ilmu terkadang butuh dipelajari lebih dalam lagi dari sekadar dibaca. Tidak simsalabim langsung dapat dan sukses menjadi orang hebat.

Jadi, antara dorongan dan modal kecerdasan, semangat, sabar, punya bekal, adanya petunjuk atau bimbingan guru, dan butuh waktu dan proses, harus menjadi poin-poin penting yang tertanam di dalam jiwa seorang pencari ilmu. Tujuannya tentu saja agar ilmu itu didapatkan dan diserap dengan baik, cepat paham dan tidak mudah lupa, serta diamalkan dengan ikhlas.

Selain keenam modal tersebut, pencari ilmu juga harus senantiasa menghormati guru. Disadari atau tidak, hormat kepada guru adalah satu di antara penyebab suksesnya seorang peserta didik dalam mencari ilmu.

Al-Qadhi Fakhruddin, seorang imam terkenal di daerah Marwa yang sangat dihormati ketika itu berpesan kepada para pencari ilmu, ”Aku mendapat kedudukan ini karena aku menghormati guruku, Abi Yazid Addabusi. Aku selalu melayani beliau, memasak makannya, dan aku tidak pernah ikut makan bersamanya.”

Zaman sudah berubah dan kemajuan ilmu sudah sangat pesat, tetapi adab dan menghormati orang yang telah bersusah payah memberikan ilmu kepada kita itu tetap penting. Selamat mencari ilmu dan camkan keenam bekal di atas. Meskipun terkesan klasik, tetapi tetap relevan untuk diamalkan di zaman now. Wallahu a’lam. Tuhanlah pemegang kebenaran yang sejati dan abadi.***

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan