Tak Pengaruhi Golkar-Emil

Sementara itu, Ketua Harian Badan Pengendali dan Pemenangan Pemilu atau Bappilu DPD Partai Golkar Jawa Barat, Iswara menolak memberikan tanggapan saat dihubungi oleh Jabar Ekspres. Begitu juga dengan Politisi Partai Golkar lainnya Yog Mintagara juga enggan menanggapinya kondisi tersebut.

Di sisi lain, Partai Golkar dengan jumlah kursi terbanyak dalam koalisi pendukung Ridwan Kamil, memiliki alasan kuat untuk mengambil posisi Calon Wakil Gubernur Jawa Barat‎ pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat mendatang.

Pengamat Politik Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), Wawan Gunawan mengatakan, dengan jumlah terbanyak 17 kursi dalam koalisi, Partai Golkar mempunyai daya tawar untuk menekan Ridwan Kamil.

Namun, lanjut dia, ‎ultimatum yang dilayangkan Badan Pengendalian Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar yang memberikan tenggat waktu sampai Sabtu (25/11) mendatang untuk menentukan wakil‎, datangnya bukan dari Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Jawa Barat.

”Tapi secara individual Dedi Mulyadi (Ketua DPD) tak punya kapasitas untuk menekan,” kata Wawan kemarin (17/11).

Lebih lanjut, Wawan menjelaskan, masalah bukan pada ultimatum yang dikeluarkan Bappilu Partai Golkar ‎kepada Ridwan Kamil. Hal tersebut merupakan drama politik sebagai adu kuat antara Ridwan Kamil dan Partai Golkar.

”Nanti tanggal 26, sehari setelah tenggat tersebut kita dapat menyaksikan aura siapa yang dominan,‎” ujarnya.

‎Namun, Wawan menilai konfigurasi politik jelang Pilgub Jawa Barat mendatang kehangatan hanya akan terjadi pada level atas saja. Sebab, masyarakat saat ini terbilang sudah sadar, dan akan menyambut hal tersebut dengan santai.

”Publik mah adem ayem saja. Sebab, sudah tumbuh kesadaran bahwa para bakal calon dan Parpol pengusung hanya sibuk urus kekuasaan, mencari kekuasaan atau mempertahankan kekuasaan,” urainya.

Meski begitu, Wawan menganggap, tak ada yang salah dengan kekuasaan di manapun. Sebab, hal tersebut tergantung bagaimana cara menggunakan kekuasaan yang dia mengibaratkan seperti pisau. ‎”Ibarat pisau, jika pisau dijadikan alat kejahatan maka yang jahat bukan pisaunya, begitu juga dengan kekuasaan‎,” tandasnya. (mg2/mg1/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan